Eprisa, Wisudawan Cumlaude UMP yang Buktikan Keterbatasan Bukan Penghalang Prestasi
PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id – Semangat pantang menyerah Eprisa Nova Rahmawati (22) menjadi inspirasi dalam Wisuda ke-77 Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Sabtu (20/9/2025). Di antara 2.113 wisudawan, mahasiswi disabilitas ini berhasil meraih predikat cumlaude dengan IPK 3,77 dari Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Sains UMP.
Eprisa, putri sulung pasangan Slamet Riyadi (petani) dan Sulasih (ibu rumah tangga) dari Desa Penusupan, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, harus menggunakan kursi roda sejak usia 14 tahun setelah divonis mengalami penyumbatan sumsum tulang belakang yang memutus saraf motoriknya.
Sejak itu, ia bergantung pada kursi roda untuk beraktivitas. "Pas awal mula divonis dokter, kalau saya itu mengalami penyumbatan dan kemungkinan akan mengalami kelumpuhan selama sisa umur hidup saya, yang jelas di situ saya seperti dunia saya runtuh, kayak seolah-olah hari itu kayak berhenti di situ," kenangnya.
Masa sulit itu membuatnya sempat menarik diri dari pergaulan karena minder. Namun, titik balik terjadi saat ia menempuh kuliah. “Awal mula saya mulai bangkit itu saat kuliah. Jadi saya mulai membuka relasi lagi, mulai belajar bersosialisasi. Yang memotivasi pertama itu jelas bapak dan ibu, karena mereka sudah sangat berkorban. Kalau mereka tidak menyerah, kenapa saya harus menyerah?” ungkapnya.
UMP turut menjadi bagian dari perjalanan Eprisa. Kampus menyediakan fasilitas ramah disabilitas seperti lift, jalur landai, hingga mess khusus dengan kamar mandi yang mendukung kebutuhan difabel.
"Untuk tempat kos saya sudah difasilitasi dari kampus, ada mess UMP yang ramah disabilitas. Semua aksesnya mudah buat saya," jelasnya.
Selain itu, dukungan dosen dan teman-teman semakin menguatkannya. “Kalau ada hujan, saya diberikan keringanan untuk belajar secara online. Terus teman-temannya juga ternyata humble sama saya, jadi saya tidak merasa kesulitan sama sekali,” tambahnya.
Keberhasilan akademik Eprisa ditunjukkan lewat skripsinya berjudul “Deteksi Penyakit Daun Tomat Menggunakan Aplikasi.” Aplikasi berbasis kamera ini dibuat untuk membantu petani mendeteksi penyakit tanaman sejak dini.
"Tujuan saya untuk memudahkan petani. Jadi petani pemula atau yang belum paham bisa langsung tahu lewat kamera saja," jelasnya.
Di luar dunia akademik, Eprisa juga aktif melukis. Sejak SMA ia menyalurkan emosinya melalui karya seni. Pada momen wisuda, ia menggelar pameran tunggal berisi 20 lukisan bertema ekspresi perasaan. “Temanya tentang perasaan-perasaan saya, sesuatu yang mungkin tidak bisa saya ungkapkan secara langsung, jadi saya goreskan lewat kuas dan warna. Ini perdana, khusus untuk dipamerkan saat wisuda,” tuturnya.
Setelah menyandang gelar sarjana, Eprisa berencana bekerja sambil mempersiapkan studi lanjut. Saat ini, ia juga mulai menekuni profesi freelance UI/UX designer yang sesuai bidang ilmunya.
"Rencana yang pasti ingin bekerja. Untuk S2 masih dalam perencanaan, tapi sekarang saya fokus menambah ilmu dan pengalaman," katanya.
Rektor UMP Prof. Jebul Suroso memberikan penghargaan khusus kepada Eprisa. “UMP adalah pendidikan tinggi yang ramah disabilitas. Saya justru berterima kasih kepada teman-teman Eprisa yang ikut membantu. Eprisa membuktikan bahwa keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk berprestasi,” ujarnya.
Prof. Jebul juga menegaskan bahwa wisudawan kali ini berasal dari latar belakang yang beragam, mulai dari Aceh hingga Papua, bahkan dari luar negeri. Ia menambahkan bahwa UMP kini telah terakreditasi unggul dan berkomitmen untuk terus menjadi kampus inklusif bagi semua kalangan.
Editor : Arbi Anugrah