get app
inews
Aa Text
Read Next : Banjir Rendam 15 Kelurahan di Cilacap, Ratusan Warga Mengungsi

Pakar Geologi UGM Ingatkan Bahaya Retakan “Tapal Kuda” sebagai Tanda Awal Longsor

Sabtu, 15 November 2025 | 10:45 WIB
header img
Pakar Geologi UGM Ingatkan Bahaya Retakan “Tapal Kuda” sebagai Tanda Awal Longsor. Foto: Dok Basarnas Cilacap

CILACAP, iNewsPurwokerto.id - Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada, Prof. Dwikorita Karnawati, mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi longsor pada puncak musim hujan. Ia menegaskan bahwa munculnya retakan tanah berbentuk lengkung menyerupai "Tapal Kuda" pada lereng merupakan tanda awal paling penting sebelum terjadinya pergerakan tanah.

Peringatan ini disampaikan menyusul peristiwa longsor yang menimbun rumah-rumah warga di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada Jumat (14/11/2025). Dalam kejadian tersebut, puluhan warga dilaporkan hilang. Material longsor juga memicu amblesan tanah sedalam dua meter dan retakan sepanjang 25 meter, memperparah kondisi permukiman terdampak.

“Retakan tapal kuda terbentuk pada batas antara lereng yang masih stabil dan bagian yang mulai bergeser. Begitu retakan ini muncul, risiko longsor meningkat signifikan,” ujar Dwikorita di Cilacap, Sabtu (15/11/2025).

Menurut mantan Kepala BMKG periode 2017–2025 itu, longsor termasuk bencana yang umumnya diawali gejala awal, berbeda dengan gempa bumi atau tsunami. Retakan lengkung di bagian atas lereng menjadi sinyal krusial yang harus diperhatikan masyarakat, perangkat desa, relawan kebencanaan, maupun pemerintah daerah, terutama saat hujan lebat mengguyur wilayah tersebut.

Jika retakan berbentuk tapal kuda mulai terlihat, Dwikorita meminta warga segera menghentikan aktivitas di area bawah lereng dan berpindah ke lokasi yang lebih aman. Ia menekankan bahwa jarak aman minimal adalah dua kali tinggi lereng, terutama ketika curah hujan meningkat.

Selain evakuasi dini, Dwikorita juga mendorong penanganan cepat saat cuaca cerah. Retakan harus segera ditutup menggunakan material kedap air seperti tanah lempung guna mencegah rembesan air hujan. Menurutnya, peningkatan tekanan air di dalam tanah adalah faktor utama yang memicu pergeseran massa tanah dan dapat menyebabkan longsor.

“Semakin banyak air yang meresap, semakin besar dorongan dari dalam lereng hingga akhirnya tanah meluncur,” jelasnya.

Dwikorita memaparkan bahwa selain retakan tapal kuda, terdapat sejumlah indikator lain yang kerap muncul sebelum lereng mengalami longsor. Pohon, tiang listrik, atau bangunan yang mendadak miring ke arah bawah lereng bisa menjadi pertanda pergerakan tanah. Kemunculan rembesan air atau mata air baru pada permukaan lereng juga menunjukkan tekanan air pori yang semakin besar.

Lereng yang tampak menggembung, tanah yang tiba-tiba ambles, hingga retakan pada lantai dan dinding bangunan dapat menjadi bukti bahwa struktur tanah mulai melemah. Bahkan pintu atau jendela rumah yang mendadak sulit dibuka bisa menandakan pondasi sedang bergeser. Jika warga melihat jatuhan kerikil atau material tanah dari bagian atas lereng—terlebih bila terdengar suara gemuruh—area tersebut harus segera dikosongkan karena longsor bisa terjadi kapan saja.

Dwikorita menegaskan pentingnya kewaspadaan ekstra di lokasi-lokasi yang tengah dilakukan pencarian korban. Curah hujan tinggi pada periode ini membuat potensi longsor susulan tetap besar di banyak wilayah.

“Pengamatan dini dan respons cepat adalah kunci untuk mencegah jatuhnya korban baru,” tutupnya.

Editor : Arbi Anugrah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut