BANYUMAS, iNews.id - Ada pemandangan berbeda saat melintasi Simpang Tiga Patikraja, Kabupaten Banyumas. Arus kendaraan yang padat akibat melonjaknya volume kendaraan saat arus mudik dan balik lebaran banyak terbantu oleh duo nyentrik berpenampilan koboi yang membantu polisi mengatur lalu lintas di tengah jalan.
Duo nyentrik pengatur lalu lintas ini memiliki penampilan memang tampil berbeda dari pengatur lalu lintas disetiap persimpangan jalan pada umumnya. Tampak sebuah kopi ala koboi yang di atas kepala mereka, tapi juga sepatu boots, rompi, kacamata hitam, serta pakaian layaknya seorang koboi.
Duo nyentrik pengatur lalu lintas berpenampilan ala koboi (Foto: Agustinus Yoga Primantoro)
Kedua sosok pengatur lalu lintas ini bukanlah bagian dari anggota Satlantas maupun Dinas Perhubungan, melainkan hanya warga biasa yang mencoba mencari peruntungan di bawah terik matahari atau terkadang di bawah derasnya hujan. Sudah menjadi peralatan wajib bagi mereka untuk mengenakan penutup kepala dan tak lupa juga sebuah peluit di tangannya.
Kedua pria tersebut bernama Yono (44) dan Yanto (44). Uniknya lagi, kedua pria ini adalah saudara kembar.
"Nggih, kembar. Nek niko teng ndalan namine Mengko, nek kulo Popo, nami asline Yono-Yanto (Iyaa, kembar. Dia itu kalo di jalan namanya Mengko, kalo saya Popo, nama aslinya kami Yono-Yanto)," ujar Yono, sang kakak yang lahir 15 menit lebih dahulu saat berbincang dengan iNews Purwokerto, Jumat (6/5/2022).
Penampilan mereka tersebut tentu saja mencuri perhatian para pengguna jalan. Yanto sendiri mengaku bahwa ia memang suka dengan gaya penampilan seperti itu.
"Aslinya cuma untuk penutup kepala, terus nyari model apa yaa, terus kepikiran topi koboi, topi koboi kan agak longgar. Terus liat (di internet) pakaian koboi, ternyata ada baju flanel, rompi, sepatu. Nah, terus dari uang sehari-hari nyicil satu-satu, buat beli sepatu, rompi, pakaian," jelas sang adik.
Mereka berdua sudah menjalani peruntungan sebagai pengatur lalu lintas di Simpang Tiga pasar Patikraja selama kurang lebih dua tahun. Sehari-sehari, mereka mulai terjun untuk mengatur laju kendaraan dari pagi sampai malam.
"Dari jam 9 pagi, mas, kalo kuat kaya kemarin ya sampe jam 11 malem," ujar pria kelahiran 1978 itu.
Dengan hasil jerih payahnya tersebut, Yono, sang kakak berusaha memenuhi kebutuhan istri dan kedua anaknya. Yono dan keluarganya sendiri tinggal di daerah Notog, Banyumas.
Sedangkan, Yanto, sang adik, terpaksa harus mengurus tiga anaknya seorang diri. Ia dan ketiga anaknya yang masih kecil tinggal di daerah Timur Balai Desa Patikraja, Banyumas.
"Paling banyak bisa sampai Rp 150 ribu dalam kurun waktu mas, biasanya di kalau nggak di hari Sabtu ya Minggu, apalagi kalo tanggal muda, kalo sepi paling-paling Rp50 ribu sampai Rp60 ribu, mas. Yang penting bisa buat beli rokok," jelas Yanto sembari menghempaskan asap dari mulutnya.
Duo nyentrik pengatur lalu lintas ini memiliki penampilan memang tampil berbeda dari pengatur lalu lintas disetiap persimpangan jalan pada umumnya. (Foto: Ist)
Tak hanya mencari peruntungan saja, sumbangsih mereka secara suka rela dalam mengatur lalu lintas juga diakui oleh pihak Satlantas Polresta Banyumas.
Seperti yang diutarakan Aipda Anton, petugas Pos PAM Patikraja yang sangat berterima kasih atas bantuan duo nyentrik yang merupakan saudara kembar itu. Di tengah ramainya arus kendaraan pemudik, kedua saudara kembar itu sangat membantu dalam mengurai kemacetan di persimpangan tersebut.
"Itu membantu petugas Kepolisian untuk mengatur lalu lintas. Dia sukarela, warga Patikraja dan dia kakak beradik, kembar. Kita berterima kasih lah, mereka luar biasa sudah membantu kami," kata Aipda Anton saat ditemui di Pos PAM Patikraja.
Editor : Arbi Anugrah