JAKARTA, iNews.id - Hari Raya Idul Adha menjadi waktu yang ditunggu-tunggu oleh para pengepul kulit hewan kurban. Pasalnya, usaha musiman yang mengandalkan kulit hewan kurban ini dapat menghasilkan cuan hingga miliaran rupiah.
Salah satunya Rahman Nulhakim, seorang pengepul kulit hewan kurban yang sudah menggeluti bisnis tersebut secara turun menurun. Bahkan dari bisnis ini, ia bisa menghasilkan omzet miliaran rupiah.
"Kalau omzet sih di tiap tahun kita berbeda-beda ya. Paling besar itu kita pernah di sampai Rp1,5 miliar, itu waktu tahun 2018," kata owner Baihaki Kulit di Ciseeng, Bogor, dikutip dari YouTube Kisah Tanpa Batas, Senin (23/5) kemarin.
Pemuda 28 tahun ini merupakan generasi ketiga usaha yang telah dirintis oleh orang tuanya sejak1990.
"Saya adalah generasi ketiga penerus dari usaha ini. Awalnya dari orang tua saya dari tahun 90-an dan diteruskan oleh kakak saya sampai tahun 2008. Dari 2008 sampai sekarang saya yang meneruskan usaha ini," tuturnya.
Dari hasil usahnya ini, Rahman mengaku sudah memiliki dua lokasi pengepulan. Dia juga memiliki karyawan dengan jumlah hampir seratus orang.
"Di sini kita bukan hanya satu tempat, Kalau yang di tempat ini mungkin untuk tempat awal. Kita ada tempat yang kedua kalau memang di tempat yang satu ini sudah penuh," ujarnya.
Untuk menjalani bisnisnya ini, dia bekerja sama dengan perusahan pengrajin kulit di Garut, sehingga kulit yang dia kumpulkan, nantinya akan diolah menjadi produk dari bahan kulit, seperti tas, jaket kulit, hingga panganan olahan kerupuk kulit dan jenis kerajinan lainnya.
"Di tempat saya ini kan hanya tempat pengepul. Di sini biasanya paling lama itu satu minggu. Kita sortir yang bagus dan kurang bagus, lalu kita awetkan dengan garam, kemudian kirim ke pabrik," ucapnya.
Bahkan produk kulit yang telah diolah oleh mitranya tersebut telah diekspor ke luar negeri, seperti ke Singapura dan Italia. Dia juga berharap ke depan, bisa memiliki pabrik sendiri.
Rahman mengakui jika usaha yang ditekuninya bukan tanpa hambatan. Salah satunya adanya penolakan dari warga sekitar yang terganggu dengan aroma tak sedap yang dihasilkan dari kulit hewan.
"Kita pernah juga sampai didemo karena baunya yang enggak enak, tapi Alhamdulillah semua itu sudah bisa dimusyawarahkan. Alhamdulillah semua sudah bisa menerima," katanya.
Selain itu, dia juga pernah mengalami kerugian akibat banyak kulit yang mengalami kerusakan karena kekurangan karyawan sehingga telat dilakukan penggaraman.
"Kerugian cukup banyak pernah beberapa tahun lalu. Kulit banyak yang rusak karena kekurangan karyawan," ucap Rahman.
Meski mengalami kerugian atau hambatan saat berusaha, dia berpesan, bagi yang ingin menjalankan bisnis, jangan mudah menyerah dan terus belajar.
"Jangan pernah menyerah untuk satu kali kegagalan, anggaplah satu kali kegagalan itu untuk memotivasi kita menjadi wirausaha yang lebih baik dan menjadi wirausaha yang lebih sukses," tuturnya.
Editor : Arbi Anugrah