Di tengah situasi yang tidak menentu tersebut, Sabar tak bisa mengharapkan pemasukan dari wahana bermain. Hal itu membuat Sabar rela melakukan berbagai macam pekerjaan agar dapurnya menyala. Akhirnya, titik terang muncul setelah dua tahun wahana bermain yang dikelolanya mengalami mati suri.
"Baru kali ini di Kabupaten Banyumas, baru saya pertama kali. Ya Alhamdulilah, masyarakat antusias, namanya butuh hiburan sih, soalnya selama ini kaya dikekang," tutur pria yang tinggal di belakang Polsek Ajibarang, Banyumas.
Cerita lain datang dari Idat (18), salah seorang yang bertugas mengoperasikan wahana bermain Ombak Banyu di bawah naungan Aneka Ria Putra Klaten. Sekadar informasi, Ombak Banyu adalah sebuah wahana bermain yang berbentuk bundar dengan para pengunjung yang duduk melingkar di bagian tepinya. Disebut Ombak Banyu karena gerakannya seperti sebuah ombak yang naik turun. Ombak Banyu tidak digerakkan oleh mesin, melainkan oleh tenaga manusia.
Pria asal Klaten tersebut mengaku sudah menggeluti pekerjaannya sejak 5 tahun silam, tepatnya saat ia duduk di bangku kelas satu SMP. Sebagai pekerja yang turut merasakan dampak dari adanya pandemi, Idit harus mencari pemasukan dari tempat lain.
"Selama pandemi nganggur, penghasilan paling hiburan yang kecil-kecil kaya istana balon itu gabung tempat pariwisata," ujarnya.
Seakan menjadi nafas kehidupan yang baru, dapat digelarnya kembali pasar malam ini membuat Idit merasa senang. Tak hanya menghirup udara segar usai menganggur selama 2 tahun, Idit bahkan menuturkan bahwa pendapatan dari sebuah wahana dalam satu malam bisa mencapai angka yang fantasis.
"Dari omzet bisa sampe 5 juta masuk, itu dalam satu malam. Bahkan kalau lagi malam minggu, malam minggu kemarin itu malah sampe Rp15 juta, itu baru satu hiburan," imbuhnya.
Kendati demikian, Idit menjelaskan bahwa pendapatan yang ia dapatkan nantinya berupa bagi hasil atau persenan dari total pendapatan seluruh wahana.
Editor : Arbi Anugrah