Perempuan Saudi juga tidak lagi dilarang menonton konser dan acara olahraga. Pada 2018 lalu, mereka mendapatkan hak untuk mengemudi.
Kerajaan Saudi juga telah melonggarkan aturan perwalian. Itu artinya, perempuan sekarang dapat memperoleh paspor dan bepergian ke luar negeri tanpa izin kerabat laki-laki.
Reformasi itu bagaimanapun disertai dengan tindakan keras terhadap aktivis hak-hak perempuan, bagian dari kampanye yang lebih luas melawan perbedaan pendapat di Saudi.
Peningkatan jumlah pekerja perempuan merupakan komponen utama dari rencana reformasi Visi 2030 Pangeran Mohammed. Ini sejalan dengan keinginannya untuk membuat Arab Saudi tidak terlalu bergantung pada minyak.
Asisten Menteri Pariwisata Saudi, Putri Haifa Al-Saud kepada Forum Ekonomi Dunia di Davos bulan lalu mengatakan, rencana tersebut awalnya menyerukan agar perempuan menyumbang 30 persen dari angkatan kerja pada akhir dekade ini. Namun, angka itu sudah mencapai 36 persen.
"Kami melihat perempuan hari ini ada di setiap jenis pekerjaan," kata Putri Haifa.
Dia mencatat bahwa 42 persen usaha kecil dan menengah di negara itu adalah milik perempuan.
Banyak perempuan pekerja yang diwawancarai oleh AFP memuji potongan "boy" sebagai alat untuk menavigasi kehidupan profesional baru mereka.
"Saya seorang wanita yang praktis dan saya tidak punya waktu untuk merawat rambut saya," kata Abeer Mohammed, ibu dua anak berusia 41 tahun yang mengelola toko pakaian pria.
"Rambut saya keriting dan jika rambut saya tumbuh panjang, saya harus menghabiskan waktu yang tidak tersedia untuk saya merawatnya di pagi hari."
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait