Berangkat dari Sejarah hingga Pertunjukan, Jagad Lengger Festival 2022 Sukses Digelar

Arbi Anugrah
Serangkaian acara Jagad Lengger Festival (JLF) 2022 (Foto: Dok JLF)

2. Pemutaran Film/ Leng Apa Jengger - Bowo Leksono

Merupakan film dokumenter yang menyorot kehidupan maestro lengger Dariah, sejak kecil hingga masa tuanya. Dariah adalah sosok representatif dari konsep nyawiji (peleburan) pada lengger.

3. Pertunjukan/ Paguyuban Langensari & Narsihati ft. Sukendar

Paguyuban Langensari melangsungkan pertunjukan di amphiteatre terbuka Pendhapa Si Panji. Meski format klasik mereka tampil rancak dan semarak. Sementara malamnya tampil Narsihati dan Sukendar. Keduanya merupakan legenda hidup tradisi lengger Banyumasan. Penampilan prima dan skillful Sukendar berpadu asik dengan Narsihati yang sering melempar guyonan interaktif. Membawa nuansa pesta lenggeran Banyumas tempo dulu.

Hari Kedua

Di hari kedua, konten festival berfokus pada lengger masa kini. Dalam konteks, bagaimana tradisi lengger tampil di berbagai produk kebudayaan populer masa kini, dan bagaimana akhirnya hal-hal itu membentuk citra lengger masa kini di publik. 

1. Seminar/ Lengger dalam Budaya Tutur, Teks, ke Layar, Garin Nugroho - sutradara

Ahmad Tohari - penulis. Pada sesi pagi di ruang seminar ini, Garin Nugroho hadir secara daring sementara Ahmad Tohari hadir di venue.

Dibahas bagaimana proses kreatif Ahmad Tohari selama menulis “Ronggeng Dukuh Paruk”, serta pengalaman apa saja yang ia lalui untuk menciptakan karakter Srinthil dan Rasus yang legendaris itu. Garin juga menyatakan kekagumannya pada Ahmad Tohari, menurutnya hanya Ronggeng Dukuh Paruk novel yang bercerita secara detil tak hanya soal nilai di tradisi lengger tapi juga aspek ekologisnya.

2. Pemutaran Film/ Kucumbu Tubuh Indahku - Garin Nugroho

Sesi diskusi menarik sebab selain Garin Nugroho, Rianto (penari lengger yang cerita hidupnya jadi pondasi cerita film ini) hadir secara daring. Banyak dibahas tentang proses kreatif Garin Nugroho, tentang trauma tubuh yang dialami seorang penari lengger, serta bagaimana Rianto memaknai hidupnya sebagai penari lengger. Ia mengatakan, tak penting membedakan apakah seorang lengger itu laki-laki atau perempuan.

3. Pertunjukan/ Calengsai (Calung, Lengger, Barongsai) & Rumah Lengger

Penampilan memukau juga dihadirkan Calengsai yang seolah menabrakkan kegarangan barongsai dengan gemulainya lengger. Rumah Lengger tampil pula membawakan gubahan pertunjukan mereka di pendhapa. Tampil lima penari lengger gemulai yang diiringi oleh kendangan rancak Sukendar. Seluruh pertunjukan diadakan di pendhapa sebab cuaca hujan hari itu.

Hari Ketiga

Di hari ketiga dan penutup, acara difokuskan pada proyeksi lengger di masa depan dan interpretasi lengger oleh generasi muda. Di hari ketiga ini, pengunjung diajak membayangkan rute seperti apa yang akan dilalui oleh para pelaku lengger di zaman yang bergerak semakin modern. Serta kemungkinan seperti apa yang juga tumbuh darinya.

1. Seminar/ Membingkai Masa Depan Lengger

Hadir Budiman Sudjatmiko - Politikus, akademisi, Rene Lysloff - Peneliti tradisi lengger. Acara digelar di Pendhapa Si Panji, membahas lengger di zaman modern. Rene Lysloff, yang sudah mencatat perjalanan lengger di pelosok Banyumas sejak tahun 1980-an menyatakan pentingnya pengolahan arsip lengger, sehingga publik tahu perkembangan sejarah dan apa saja yang bisa dilakukan ke depan.

Sementara Budiman Sudjatmiko berbicara soal lengger sebagai identitas Banyumas merupakan bagian dari identitas kultural Indonesia yang beragam. Untuk mempunyai karakter, sebuah bangsa harus mencari akar dan tradisinya, dan masyarakat Banyumas harus bangga punya tradisi lengger.

2. Pemutaran film/ Amongster: Voyage of Lengger - Zen Al Ansory

Film hybrid gabungan fiksi, dokumenter, serta dokumentasi karya ini diputar di ruang seminar. Film ini adalah bagian dari karya teranyar Otniel Tasman yang berjudul sama. Menghadirkan cerita autobiografi Otniel sebagai penari lengger, yang kemudian ia dekonstruksi di panggung dengan memadukan gerakan lengger dengan tampilan minimalis dan musik noise. Diskusi dengan sutradara lebih banyak membahas bagaimana relasi film dengan karya di atas panggung.

3. Pertunjukan/ Seblaka Sesutane & Otniel Dance Community (ODC)

Pertunjukan hari terakhir berlangsung meriah dan semarak. Seblaka Sesutane membuka pertunjukan dengan tarian menggoda lima penari lengger. “The Cosmos of Leng” adalah judul karya mereka.

Format pentas lengger klasik diotak-atik menjadi lebih interaktif dan ringan sehingga penonton hanyut dalam ritme yang mereka bawa. 

Setelah maghrib, “Lengger Laut” dari ODC tampil meriah. Karya yang berangkat dari interpretasi Otniel Tasman terhadap hidup Dariah yang bagai ombak di lautan ini ditampilkan dalam dramaturgi apik. Melibatkan empat penari laki-laki yang disepanjang pertunjukan berinteraksi dengan Otniel dan kemudian bertransformasi jadi lengger perempuan.

Penonton menyaksikan tranformasi gender yang cair, interaksi yang seru, serta pemaknaan spiritual yang dalam dari lengger. Pentas ini juga jadi pentas paling ramai sepanjang gelaran JLF 2022.

Di hari ketiga, hadir pula Sutanto Mendut, budayawan sekaligus inisiator komunitas Lima Gunung yang tampil membawakan pidato kebudayaan diiringi musik dan tarian lengger. Sutanto Mendut bicara soal sejarah lengger dan desa. Ia menjelaskan bahwa selama ini pembacaan masyarakat kota soal desa sangat tipikal, dan tidak betul-betul mengerti konsep dan makna desa yang sesungguhnya. Sementara lengger adalah salah satu yang membuat desa itu sebuah desa yang autentik.

“Pameran kami bagi jadi dua, Dekade Lengger yang fokus pada arsip video lengger tiga periode, dan Pokok Tokoh Lengger yang membahas aktor-aktor di balik perkembangan lengger di Banyumas. Seru pamerannya, kami mendapat banyak respon mengejutkan dari pengunjung,” cerita Abdul Aziz Rasjid, kurator JLF 2022.

Selama tiga hari, pameran arsip diselenggarakan di dua tempat. Ruang video dan kandang jaran. Beberapa arsip, dalam bentuk foto, audio, juga video ditampilkan. Selama tiga hari itu pula, ruang pamer juga didatangi oleh pengunjung. Mereka juga bisa singgah ke Rumah Lengger, untuk cari tahu lebih dalam soal dokumentasi serta catatan mengenai lengger Banyumas. Di ruang arsip digital Dekade Lengger, penonton bisa menjajal teknologi VR yang akan membawa mereka ke pesta lengger tahun 1980-an.

Selama tiga hari pula, semarak Peken Dusun Lengger dimeriahkan oleh 15 tenant UMKM yang menjajakan aneka barang: dari makanan, dolanan anak, craft, minuman, merchandise, hingga tembakau lintingan.

Acara JLF 2022 diproyeksikan akan jadi agenda tahunan di Banyumas. JLF optimis bisa menghidupkan kembali semarak tradisi lengger yang memang jadi representasi paling tepat identitas kota Banyumas ini. Sampai jumpa tahun depan!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Editor : Arbi Anugrah

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network