JAKARTA, iNewsPurwokerto - Harga mi instan diinformasikan bakal naik tiga kali lipat. Hal tersebut disebabkan adanya dampak perang antara Rusia - Ukraina terhadap rantai pasok bahan makanan ke Indonesia.
Berdasarkan pantauan dari situs resmi Alfamart di Instagram dan website, harga mi instan merek Indomie dengan ukuran 70 gram saat ini memiliki harganya berkisar Rp3.000 per bungkus.
Namun jika nantinya harga mi instan naik tiga kali lipat maka harga Indomie ukuran tersebut bisa mencapai Rp9.000 per bungkus.
Adapun merek mi instan lain yakni Mie Sedaap ukuran 90 gram harganya Rp3.100 per bungkus, kalau mengalami kenaikan tiga kali lipat maka bisa menembus Rp9.500 per bungkus.
Sedangkan untuk mi instan merek Samyang dengan ukuran 140 gram, saat ini terpantau di harga Rp19.900 per bungkus.
Namun jika kenaikan tiga kali lipat berlaku bisa tembus Rp59.700 per bungkus.
Tentu harga-harga prediksi kenaikan tiga kali lipat itu dipastikan dapat membuat masyarakat terkejut. Apalagi dengan harga mi merek Samyang yang hampir mendekati Rp60.000.
Kemudian, untuk harga mi instan di ritel Indomaret pun bervariasi.
Dikutip dari situs resmi klikindomaret.com, Indomie ukuran 70 gram di harga Rp3.000 per bungkus.
Di mana kalau ada kenaikan tiga kali lipat maka akan menyentuh harga Rp9.000 per bungkus.
Untuk merek Mie Sedaap ukuran 90 gram terlihat di harga Rp3.100 per bungkus, dengan asumsi naik tiga kali lipat sekitar Rp9.500 per bungkus.
Serta merek Samyang ukuran 140 gram harganya Rp18.700 per bungkus, jika naik tiga kali lipat maka sekitar Rp56.100 per bungkus.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melihat adanya dampak perang antara Rusia - Ukraina terhadap rantai pasok bahan makanan ke Indonesia.
Di mana saat ini pasokan gandum Ukraina yang menjadi bahan baku pembuatan mi instan mengalami masalah.
Dia menyebut terdapat kurang lebih 180 juta ton gandum di Ukraina tidak bisa keluar negara.
"Jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya 3 kali lipat itu, maafkan saya, saya bicara ekstrem saja ini," ujar Mentan dalam webinar bersama Ditjen Ditjen Tanaman Pangan, Senin (8/8/2022).
Mentan menambahkan kalau ketersediaan gandum dunia sebetulnya ada, namun adanya konflik global yang membuat masalah pada rantai pasok menjadi mahal.
"Ada gandumnya, tetapi harganya akan mahal bangat, sementara kita impor terus ini, kalau saya jelas tidak setuju, apapun kita makan saja, seperti singkong, sorgum, sagu," pungkasnya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait