PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id - Kota Purwokerto menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia mendapatkan Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Dialah Tan Malaka dan Jenderal Soedirman yang dengan garang berpidato dalam rapat politik untuk mendapatkan Kemerdekaan 100 persen.
”Selama masih ada satu orang musuh di Tanah Air, satu kapal musuh di pantai, kita harus tetap lawan,” kata Tan Malaka membakar semangat pejuang Indonesia dikutip dalam buku tentang Tan Malaka, yang ditulis Harry A. Poeze.
Jenderal Besar Soedirman juga tidak kalah garang. dia berpidato di kongres: ”Lebih baik diatom (dibom atom) dari pada merdeka kurang dari 100 persen.”
Kala itu, tahun 1946, Gedung Radio Republik Indonesia (RRI) Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, dikenal sebagai gedung pertemuan yang merangkap sebagai gedung bioskop City Theater dan dikenal dengan nama gedung Societeit.
1956 Gedung RRI Purwokerto atau gedung Societeit dikenal sebagai gedung pertemuan yang merangkap sebagai gedung bioskop City Theater. Foto: istimewa.
Pemilihan Kota Purwokerto oleh Tan Malaka untuk mendapatkan Kemerdekan, karena Purwokerto dianggap merupakan basis kuat, maka dari itu Tan Malaka memilihnya sebagai tempat kongres para pemimpin berbagai organisasi. Di mana Murba saat itu masih merupakan gerakan rakyat jelata dan belum menjadi partai. Tan Malaka menggagasnya buat melawan kapitalisme dan penjajahan serta untuk menggapai kesejahteraan.
Dikutip dalam buku tentang Tan Malaka, yang ditulis Harry A. Poeze, rapat politik tersebut dihadiri Panglima Besar Soedirman termasuk tiga ratusan orang mewakili 40 organisasi politik, organisasi kemasyarakatan dan laskar. Antara lain pimpinan pusat Partai Sosialis, Partai Kominis Indonesia, Serindo, Masjoemi, Partai Boeroeh Indonesia, Partai Revolosioner Indonesia (Parindo), Organisasi-organisasi pemuda dan pejuang Pasindo, Barisan Pemberontakan Rakjat Indonesia, Badan Kongres Pemoeda Repoeblik Indonesia, Hizbullah.
Hadir pula Gerakan Pemoeda Islam Indonesia (GPII), Angkatan Moeda Repoeblik Indonesia, Kebaktian Rakjat Indonesia Soelawesi (KRIS), Pemuda Republik Indonesia Soematra, Federasi Perempuan Persatoean Wanita Indonesia (Perwari), tentara dan orang-orang dari semua lapisan rakyat.
Dalam koran Kedaulatan Rakyat Yogyakarta terbitan 6 Januari 1946, Harry A. Poeze menggambarkan suasana peserta rapat yang terdiam menahan napas menyambut Tan naik podium. Tan masih terlihat lebih muda, meskipun umurnya saat itu lebih dari 50 tahun.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait