Seiring perkembangan ekonomi dan fisik kota Jakarta serta peran dan posisi
Jakarta sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda, maka kawasan pelacuran atau prostitusi juga berkembang tidak terkonsentrasi di satu tempat saja. Di sebelah timur Macao Po (sekitar Jalan Jayakarta sekarang) bermunculan lokalisasi prostitusi kelas rendah bernama Gang Mangga. Saking terkenalnya Gang Mangga saat itu orang menyebut sakit sipilis dengan sebutan sakit Mangga.
Dalam perkembangan selanjutnya, tempat prostitusi Gang Mangga tersaingi rumah-rumah bordil yang didirikan oleh orang China dengan sebutan Soehian. Dikutip dari “Prostitution in Indonesia”, Working Paper in Demography (Research School of Social Sciences No 52) (Canberra: The Australian National University, 1995; Gavin W Jones, Endang S, dan Terence H Hull, kompleks pelacuran sejenis Soehian cepat menyebar ke seluruh Jakarta. Karena sering ribut, maka pada awal abad XX Soehian-Soehian di sekitar Gang Mangga kemudian ditutup pemerintah Belanda.
Pemicu ditutupnya Soehian adalah peristiwa terbunuhnya PSK ternama bernama Fientje de Fenick pada tahun 1919 di Soehian Petamburan. Setelah Soehian ditutup sebagai gantinya muncul kompleks pelacuran serupa di Gang Hauber (Petojo) dan Kaligot (Sawah Besar). Sampai awal tahun 1970-an Gang Hauber masih dihuni PSK, sedangkan Kaligot sudah tutup pada akhir 1950-an.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait