Ia selalu menjaga kesuciannya dengan berwudhu. Saat wudhunya batal, ia akan berwudhu kembali. Bahkan, jika tidak dalam masuknya waktu sholat, ia tetap akan berwudhu.
Ia selalu menjaga menjaga wudhunya. Saat mendengar suara azan, ia pun langsung melaksanakan sholat. Saat memimpin perang gerilya, ia tidak pernah menunda untuk beribadah, termasuk dalam kondisi sakit.
Saat bergerilya, Soedirman pun memerintahkan kepada ajudannya untuk membawa kendi yang berisi air. Air itu dgunakan untuk berwudhu saat perang gerilya.
Ia juga berprinsip tidak pernah meninggalkan sholat. Jika tidak bisa berdiri, ia sholat dalam keadaan duduk. Jika tidak bisa duduk, sholat dilakukan dengan berbaring. Ia juga rajin berpuasa.
Sikap prihatinnya juga tampak ketika dia menghadapi masalah. Ia yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.
Pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya.
Ketika itu, ia sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait