Cerita Prajurit Kopassus Menyamar Jadi Tukang Durian Agar Sukses Masuk ke Sarang Musuh

Tim Inews.id
Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tak hanya hebat dalam pertempuran, tapi juga dalam hal penyamaran. (Foto: Penkopassus).

JAKARTA, iNews.id - Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tak hanya hebat dalam pertempuran, tapi juga dalam hal penyamaran. Salah satu kisah kepiawaian dalam menyamar dan menyusup ke sarang musuh ditunjukkan oleh anggota satuan intelijen Kopassus atau Sandi Yudha yang pernah menyusup hungga ke pusat kekuasaan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh.

Sersan Badri (bukan nama sebenarnya), Pasukan Elite Berat Merah TNI AD saat itu menyamar menjadi tukang durian agar misinya sukses. Dengan keberanian dan skill menyamar yang tinggi, prajurit Sandi Yudha itu berhasil menyusup hingga ke jantung pertahanan lawan.

"Saya pernah menyamar jadi tukang durian yang mengirim dagangan dari Medan ke Lhokseumawe," kata Badri dalam buku Kopassus untuk Indonesia Jilid II yang dikutip, Sabtu (13/11/2021). 

Selama perjalanan mengirim daganganya, Badri harus melewati pos penjagaaan dan pemeriksaan aparat. Saat melintas, dirinya kerap kali diminta jatah durian.

"Saya beri dua buah durian justru dimarahi lalu ditempeleng. Katanya, kalau untuk GAM pasti saya memberi banyak. Di sini ada satu peleton anggota yang berjaga, mana cukup kalau cuma dua buah durian?" katanya.

Selama setahun, Badri memetakan situasi lapangan di Aceh, khususnya Lhokseumawe yang menjadi basis kekuatan militer GAM

Badri pun akhirnya bisa merangkul petinggi GAM dan memosisikan dirinya sebagai petinggi TNI yang menjadi pejuang GAM. 

Demi penyamaran sempurna, Badri dan kelompok GAM harus beberapa kali mengecoh pasukan TNI yang sedang berpatroli. Gerak-gerik Badri memang tidak diketahui pasukan TNI, hanya unsur pimpinan yang tahu.

Singkat cerita, setelah pemberlakukan Darurat Militer pada tahun 2003, ruang gerak GAM makin sempit. Para petinggi GAM mulai minta dilakukan perdamaian. 

Tim Kopassus yang menyusup ke wilayah GAM melaporkan amunisi dan logistik GAM sudah sangat menipis. Usai Hari Raya Idul Fitri 2004, turun perintah untuk menangkap tokoh kunci GAM hidup atau mati.

"Semua tokoh kunci yang menjadi sasaran berada di Cot Girek. Hingga saya pamit pukul 15.00 mereka masih ada di sana. Saya pun masih sempat memberi informasi terakhir kepada induk pasukan. Hari H dan Jam J serangan ditetapkan," tutur Badri. 

Markas GAM di rawa-rawa Cot Girek kemudian diserbu Kopassus dari semua arah. Gubernur GAM Said Adnan dan ajudannya seorang desersi TNI tewas karena terkena tembakan di dada dan perut. 

Waktu terus berjalan, akhir tahun 2004, tsunami menerjang Aceh sehingga kekerasan berangsur surut. Perjanjian damai Helsinki juga akhirnya ditandatangi.
 

Editor : Arbi Anugrah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network