Batu Punden itu kini masih ada di pinggiran sungai dengan bentuknya yang seperti meja altar .
Pagelaran seni di Desa Sidareja. (Foto Dok Panitia)
Dalam persembunyiannya akhirnya beliau melakukan “hening” di atas batu bersoleh dan juga jaran atau kuda yang ditungganginya ini selalu ada disisinya dengan menempatkan tali pengendalinya di sebuah batu, yang saat ini dikenal dengan watu Jaran.
Tidak hanya sosoknya yang dikatakan sakti tetapi kudanyapun dipercaya juga memiliki kesaktian. Hal ini dibuktikan oleh seorang lurah yang berkuasa 39 tahun lamanya dan selalu menang dalam pertandingan kuda di kota Purbalingga .
Tempat yang ketiga adalah Makom Kyai Mbah Hasan Toyib merupakan tokoh islami yang melakukan penyebaran islam pertama kali di desa ini.
Sementara tarian kolosal Kemenangan Jawa Purba oleh Gianta Arum menjadi akhir dari napak tilas yang sangat semarak dan diperindah dengan penampilan puluhan pemuda Sidareja didalam Grup ini.
Kesenian Jawa Purba menyuguhkan pemandangan pedesaan yang elok nan sejuk dan beberapa sudut desa menjadi berbeda dengan kain putih yang menghiasi kanan dan kiri jalan bahkan pohon pohon juga terbalutkan dengan kain putih, di mana dalam Jawa warna putih melekat dengan makna kebersihan, kesucian, kepolosan, keluguan, kejujuran, pemaaf, cinta dan terang.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait