PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id- Bulan September selalu mengingatkan dengan kejadian pelanggaran HAM berat di Indonesia tahun 1965. Kisah mencekamnya masa-masa tahun 1965 tergambar dalam novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.
Novel dengan ketebalan 582 halaman ini mengisahkan romansa antara Amba dan Bhisma. Sepasang kekasih dengan kisah-kisah menyedihkan.
Amba, terlahir dari pasangan seorang guru dan ibu rumah tangga. Terlahir sebagai seorang kakak biasa saja dengan dua adik kembar yang cantik jelita. Namun, Amba memiliki kecerdasan yang jauh melampaui umurnya.
Sedangkan Bhisma, seorang dokter lulusan Jerman yang memilih menjadi dokter masyarakat biasa membantu rakyat miskin di kota kecil.
Laksmi Pamuntjak mengisahkannya dengan diksi yang elegan dan sesekali menghentak. Membuat pembaca lebih menikmati mengikuti kisah keduanya.
Dalam buku ini, ada beberapa hal yang bisa ditarik kesimpulannya. Mulai dari sosok Amba yang mencoba mendobrak tradisi Patriarki yang mengukung perempuan pada masa itu.
Contohnya saja saat Amba memilih melanjutkan pendidikannya di Universitas, meskipun ditentang orangtua karena pada masa itu perempuan cukup menikah saja.
Tidak hanya itu, Amba tumbuh dengan pribadi yang sangat berbeda dengan kebanyakan perempuan. Ia berani mengambil segala risiko yang bahkan tidak pernah terpikirkan orang lain. Pun saat Amba memilih memutuskan rencana pernikahannya dengan Salwa.
Selain kisah romansa, buku ini akan membawa pembacanya kembali ke masa-masa tahun 1965, mengingat kembali sejarah kelam pelanggaran HAM berat.
Saat banyak korban yang dianggap menjadi anggota PKI karena terlihat sama atau hanya karena warna pakaian.
Melalui Bhisma, Laksmi Pamuntjak mengajak pembaca menyusuri kejamnya Pulau Buru paska 1965 hingga 1999.
Identitas Buku
Judul: Amba
Penulis: Laksmi Pamuntjak
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
tebal: 582 Halaman sa
Editor : Alfiatin