PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id - Cacingan identik dengan penyakit yang sering menyerang anak-anak, ternyata juga dapat menyerang orang dewasa. Lalu siapa saja yang dapat mengkonsumsi obat cacingan? Perlukah bagi orang dewasa mengkonsumsi obat cacing?
Dikutip iNewsPurwokerto.id dari Alodokter, pada Kamis (15/9/2022) ketika kasus cacingan menyerang anak, dokter akan menganjurkan mengkonsumsi obat cacing setidaknya 6 bulan sekali sebagai langkah pencegahan maupun pengobatan.
Sedangkan, apabila orang dewasa terjangkit cacingan, justru diharuskan untuk mengkonsumsi obat cacing. Jika tidak, cacingan akan membuat komplikasi, seperti penyumbatan usus dan malabsorbsi nutrisi.
Apakah mengkonsumsi obat cacing 6 bulan sekali sebagai upaya pencegahan diperlukan orang dewasa? Jawabanya iya, bagi yang beresiko terjangkit cacingan.
Lalu, siapa sajakah yang beresiko tinggi sebaiknya rutin mengkonsumsi obat cacing?
1. Orang yang bekerja di tempat rawan cacing
Orang yang bekerja sebagian besar waktunya berada di tempat yang rawan cacing, seperti tanah liat, tanah gembur, dan pasir yang memiliki risiko tinggi terinfeksi cacing. Terlebih jika aktivitasnya kerap membuat kulit berkontak langsung dengan tanah, seperti buruh bangunan, penggali tanah, peternak, dan petani.
2. Orang yang bertempat tinggal di endemik cacingan
Warga yang bermukim di lokasi endemik penyakit cacingan harus mewaspadai penularan penyakit schistosomiasis dengan meminum obat cacing. Schistosomiasis atau juga disebut demam keong, adalah infeksi parasit akut dan kronis yang disebabkan oleh cacing Schistosoma japonicum.
Di Indonesia, cacing ini ditemukan endemik sejak 2008 di dua daerah di Sulawesi Tengah, yaitu di Dataran Tinggi Lindu dan Dataran Tinggi Napu.
Schistosomiasis umum terjadi di di daerah tropis dan subtropis, khususnya di masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pinggiran atau pedalaman tanpa akses ke air minum bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai.
3. Orang yang tinggal di daerah kumuh
Infeksi cacing lebih rawan terjadi pada tempat-tempat beriklim hangat dan lembap, seperti pada lingkungan kumuh dengan fasilitas sanitasi yang tidak memadai, misalnya bantaran sungai. Tanah pada lingkungan seperti ini juga memiliki kemungkinan terkontaminasi oleh feses dari orang yang terinfeksi cacingan saat buang air besar di sungai atau ketika kotoran manusia digunakan sebagai pupuk.
4. Orang yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan
Kebiasaan mengkonsumsi buah atau sayur yang tidak dicuci secara bersih, terkupas dengan baik, atau dimasak hingga benar-benar matang, akan membuat risiko infeksi cacing meningkat. Selain itu, orang yang hobi mengkonsumsi daging babi dan daging sapi yang tidak dimasak matang juga memiliki risiko tinggi untuk terkena cacingan.
Sebagai upaya pencegahan, jika kamu merasa termasuk orang yang memiliki risiko tinggi terinfeksi cacing, mengonsumsi obat cacing secara rutin (setidaknya 6 bulan sekali) perlu dilakukan. Demikianlah beberapa penjelasan mengenai konsumsi obat cacingan. Semoga bermanfaat.
Editor : Pepih Nurlelis
Artikel Terkait