CILACAP, iNewsPurwokerto.id - Pengembangan jamu herbal sebagai produk kesehatan di Indonesia terus menunjukkan potensinya. Jamu sebagai warisan leluhur di Nusantara memang perlu dijaga keberadaannya, salah satunya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Anggota Komisi IV DPR RI, Teti Rohati Ningsih mengapresiasi kegiatan yang tetap menjaga warisan Nusantara. Dengan pengembangan jamu herbal ini juga meningkatkan pergerakan ekonomi di masyarakat.
"Jamu merupakan warisan bangsa kita, dan ternyata jamu Nusantara ini bukan hanya di Jawa saja, tapi ada di seluruh Indonesia. Maka dengan mengangkat kearifan lokal, apalagi pasca Covid-19, kita harus terus bergerak meningkatkan ekonomi," kata Teti disela-sela kegiatan Sinergitas Penta Heliks di Cilacap, Jumat (23/9/2022).
Kegiatan bertajuk 'Sinergitas Penta Heliks' untuk pengembangan herbal Nusantara yang diadakan oleh Perkumpulan Pelaku Jamu Alami Indonesia (PPJAI) Cilacap ini diikuti pengusaha jamu herbal se Banyumas Raya. Kegiatan yang diadakan di markas Kopassus Cilacap ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengembangan jamu herbal sebagai produk ketahanan Nasional.
Kegiatan ini diisi dengan pelatihan pada generasi muda dan pegiat ekonomi dalam pengembangan jamu herbal. Di mana dengan adanya pelatihan ini, anak anak muda sebagai generasi bangsa dan penggiat ekonomi selanjutnya dapat mengapresiasi pelatihan ini.
"Jamu ini memang warisan budaya leluhur dan harus kita lestarikan dan kita budayakan sehingga tidak punah. Mudah mudahan dengan adanya pelatihan ini, anak anak muda sebagai generasi bangsa dan penggiat ekonomi selanjutnya akan mengapresiasi," ujarnya.
Suliyanto, Kepala Loka Pengawas Obat dan Makanan (POM) di Kabupaten Banyumas mengatakan jika kegiatan peningkatan sinergitas Penta Heliks dalam rangka pengembangan herbal alami atau jamu jamu yang ada di wilayah Banyumas Raya. Di mana sinergitas tersebut terdiri dari pemerintah, pelaku usaha, akademisi, tokoh masyarakat dan media.
"Lima unsur ini kita bekerjasama dalam rangka mengembangkan jamu jamu alami yang aman, yang legal yang bebas dari BKO (Bahan Kimia Obat) untuk bisa kita kembangkan di wilayah kita," ucapnya.
Untuk mengembangkan jamu herbal yang baik untuk kesehatan, pihaknya juga memberikan pelatihan pada pelaku usaha jemu herbal agar sesuai dengan aturan dan cara produksi obat tradisional yang baik. Meski demikian, pihaknya juga tidak menutup mata, masih adanya oknum pelaku usaha nakal yang mencampurkan jamu dengan BKO.
"Memang kami tidak menutup (jamu ilegal) bahwa sebenarnya masih ada, tapi kita bekerjasama terus, termasuk pada pelaku usaha dan PPJAI. Kita sangat apresiasi dengan adanya PPJAI karena ini merupakan perkumpulan pelaku jamu yang sangat komitmen untuk mengembangkan jamu jamu yang aman," jelasnya.
Dengan upaya yang dilakukan PPJAI merangkul pelaku usaha jamu agar dapat membuat produk jamu herbal yang baik dan aman, dapat mengurangi produksi jamu yang mengandung BKO. Di mana jamu herbal yang aman diklasifikasikan sebagai obat yang memanfaatkan bahan-bahan alami atau herbal, nonkimiawi, dan tentu tak membahayakan.
Sementara menurut Mukit Hendrayatmo, Ketua PPJAI Cilacap mengatakan jika sudah sekitar tujuh tahun pihaknya mengawal jamu herbal melalui PPJAI. Banyak industri jamu herbal yang akhirnya tumbuh. Bahkan, melalui PPJAI, sudah sekitar 300 produk jamu herbal mendapatkan izin edar dari BPOM.
"Alhamdulillah industri-industri lahir, usaha kecil menengah lahir, karyawannya ada yang 40, 100 bahkan ada yang 300. Jadi benar-benar jamu Cilacap Banyumas dan sekitarnya kini sudah berubah dengan adanya izin edar untuk anggota PPJAI. Mungkin sudah lebih dari 300 izin edar jamu dan produk-produknya," ujar Mukit.
Setidaknya kini PPJAI telah memiliki anggota sekitar 150 pelaku usaha jamu dan 12 industri jamu tersebar di Banyumas Raya.
Dukungan dari pemerintah, DPR RI, dinas kesehatan, akademisi sangat dibutuhkan dalam menghidupkan jamu herbal menjadi produk yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
"Saya kira dukungan kita butuhkan supaya daya dukung terhadap revitalisasi jamu Indonesia khususnya Cilacap ini terus bisa di gaungkan dan didorong menjadi salah satu daya unggul ekonomi kita," ucapnya.
Pasalnya, Mukit menyebut jika potensi market dari masyarakat Indonesia berkaitan dengan produk jamu mencapai triliunan rupiah. Apalagi dengan upaya pemasaran menggunakan digital marketing dan konvensional, bisa memberikan kontribusi besar pada perputaran ekonomi di daerah.
"Kita punya demografi 280 juta penduduk Indonesia, kita bisa sebar melalui digital marketing, kita bisa sebar melalui distributor konvensional. Andaikan Banyumas Raya ini bisa menjadikan produk ini menjadi produk ekonomi unggulan, saya yakin akan bisa memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan ke ekonomi daerah," jelasnya.
Dalam upaya tersebut, PPJAI mulai melakukan kerjasama dengan universitas -universitas dan merangkul mahasiswi menjadi duta jamu herbal dan peduli dengan isu jamu. Dia berharap kedepannya, akan ada generasi muda yang akhirnya mewarisi potensi Nusantara ini untuk menjadi pengusaha jamu.
"Kami gandeng anak anak muda yang perduli dengan isu jamu, mereka juga mewakili untuk melakukan desiminasi informasi, bahwasanya jamu Indonesia sehat, dan syukur anak anak muda ini kedepannya mau jadi pengusaha jamu di Banyumas Raya," pungkasnya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait