"Sedangkan petani, penggunaannya tergantung kebutuhan saja, yang penting sawah tidak kering," ujarnya.
Dalam pengembangan program ini, lanjut dia, tim yang terdiri dari lima dosen teknik di Politeknik Negeri Cilacap selalu mendapatkan pendampingan dari Pertamina. Bahkan, program pengembangan sistem pertanian yang berfokus dari hulu ke hilir ini berlanjut hingga tahun depan.
"Alhamdulillah tim kami lolos hingga ke tahap saat ini. Program juga di lanjutkan lagi sampai tahun berikutnya, karena sesuai dengan visi misinya Pertamina program kami berkelanjutan,"
"Kita tidak hanya diajarkan memberikan umpan terus pergi. Jadi tetap ada pendampingan ke sosial masyarakatnya. Dampak perekonomian desa ini sangat diperhatikan Pertamina, terutama pemberdayaan masyarakat dalam jumlah banyak," ucapnya.
Pembangkit listrik tenaga surya membantu petani lebih hemat. Foto: Arbi Anugrah/ iNewsPurwokerto.id
Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI RU IV Cilacap, Cecep Supriyatna mengatakan bukan hanya di Cilacap, banyak daerah lain yang memiliki sawah tadah hujan. Sehingga sangat penting, penerapan teknologi ini di tempat lain untuk membantu petani disaat musim kemarau.
"Mungkin di tempat lain ada sawah tadah hujan yang sebetulnya sumber air di bawah tanah itu ada. Kalau sawah tadah hujan itu sebetulnya memerlukan air saat datang hujan, sehingga saat kemarau tidak bisa ditanami . Harapannya ini bisa diterapkan di tempat lain siapapun itu, baik perorangan maupun perusahaan," pungkasnya.
Editor : Alfiatin
Artikel Terkait