JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Nabi palsu saat zaman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah Musailimah Al-Kadzdzab. Bagaimana sepak terjang Musailimah Al-Kadzdzab dituliskan kembali oleh Ustaz DR. Firanda Andirja, MA.
Nah, Ustaz Firanda Andirja menuliskan nabi palsu Musailimah Al-Kadzdzab yang di-posting dalam grup perpesanan Kelas UFA pada Kamis (15/12/2022).
Musailimah dari bani Hanifah yang dia pernah datang menemui Nabi ketika ‘Aam Al-Wufud sekitar tahun 9 H, dia datang bersama kaumnya menampakkan seakan-akan telah masuk Islam. Kemudian dia meminta kepada Nabi agar diberikan kenabian, dia mengatakan,
إِنْ جَعَلَ لِي مُحَمَّدٌ الأَمْرَ مِنْ بَعْدِهِ تَبِعْتُهُ
“jika Muhammad setelah dia meninggal menyerahkan kenabiannya kepadaku maka aku akan menjadi pengikutnya.”
Musailimah memiliki pengikut yang sangat banyak dan dia merupakan pembesar di kaum Bani Hanifah. Saat itu Nabi bersama seorang sahabat yaitu Tsabit bin Qais bin Syammas, saat itu beliau sedang memegang pelepah kurma. Tsabit bin Qais menyampaikan kepada Nabi bahwa Musailimah Al-Kadzdzab mengatakan bahwa jika Nabi meninggal untuk menyerahkan kenabian kepadanya. Nabi pun menjawab,
لَوْ سَأَلْتَنِي هَذِهِ القِطْعَةَ مَا أَعْطَيْتُكَهَا، وَلَنْ تَعْدُوَ أَمْرَ اللَّهِ فِيكَ، وَلَئِنْ أَدْبَرْتَ ليَعْقِرَنَّكَ اللَّهُ، وَإِنِّي لَأَرَاكَ الَّذِي أُرِيتُ فِيكَ مَا رَأَيْتُ
“Seandainya kamu meminta agar aku memberikan sepotong pelepah kurma ini kepadamu, tentu aku tidak akan pernah memberikannya. Dan kamu tidak akan mampu perkaramu di hadapan Allah. jika kamu berbalik maka Allah akan membinasakanmu. Dan sungguh aku telah melihat kamu akan ditimpa sesuatu yang saksikan dalam mimpiku itu.” ([1])
Setelah Nabi berkata demikian, maka Ibnu ‘Abbas bertanya kepada Nabi tentang ucapannya,
وَإِنِّي لَأَرَاكَ الَّذِي أُرِيتُ فِيكَ مَا رَأَيْتُ
“Dan sungguh aku telah melihat kamu akan ditimpa sesuatu yang saksikan dalam mimpiku itu.”
Maka Nabi menjelaskan,
بَيْنَمَا أَنَا نَائِمٌ، رَأَيْتُ فِي يَدَيَّ سِوَارَيْنِ مِنْ ذَهَبٍ، فَأَهَمَّنِي شَأْنُهُمَا، فَأُوحِيَ إِلَيَّ فِي المَنَامِ: أَنِ انْفُخْهُمَا، فَنَفَخْتُهُمَا فَطَارَا، فَأَوَّلْتُهُمَا كَذَّابَيْنِ، يَخْرُجَانِ بَعْدِي ” فَكَانَ أَحَدُهُمَا العَنْسِيَّ، وَالآخَرُ مُسَيْلِمَةَ الكَذَّابَ، صَاحِبَ اليَمَامَةِ
“Ketika aku sedang tidur aku melihat di tanganku ada dua gelang terbuat dari emas. Kedua gelang ini membuatku gelisah, lalu aku diberi wahyu dalam mimpiku, agar aku meniupnya. Aku pun meniupnya hingga keduanya terbang (lenyap). Maka aku menakwilkan mimpiku itu sebagai dua orang pendusta (yang mengaku sebagai nabi) yang akan timbul sepeninggalku. Yang pertama adalah Al ‘Ansiy dan yang lainnya adalah Musailamah Al Kadzdzaab, seorang penduduk Yamamah.” ([2])
Dalam riwayat yang lain,
بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ أُتِيتُ بِخَزَائِنِ الأَرْضِ، فَوُضِعَ فِي كَفِّي سِوَارَانِ مِنْ ذَهَبٍ، فَكَبُرَا عَلَيَّ، فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيَّ أَنِ انْفُخْهُمَا، فَنَفَخْتُهُمَا فَذَهَبَا، فَأَوَّلْتُهُمَا الكَذَّابَيْنِ اللَّذَيْنِ أَنَا بَيْنَهُمَا، صَاحِبَ صَنْعَاءَ، وَصَاحِبَ اليَمَامَةِ
“Aku bermimpi diberi kekuasaan dan kekayaan bumi, kemudian diletakkan pada kedua tanganku dua buah gelang emas, namun keduanya semakin membesar bagiku, kemudian Allah mewahyukan kepadaku agar aku meniup keduanya, lalu aku pun meniupnya hingga keduanya hilang. Aku menafsirkan mimpi tersebut dengan dua orang pendusta yang aku hidup di antara mereka berdua: yaitu pemimpin Shan’a dan dan pemimpin Yamamah.” ([3])
Musailimah dan Al-Aswad Al-‘Ansi telah diisyaratkan oleh Nabi dan sudah ada di zaman Nabi, dan Nabi telah memimpikan keduanya.
Musailimah memiliki nama lengkap Musailimah bin Tsumaamah bin Kabir bin Habib bin Al-Harist Al-Hanafi. Dia mengaku sebagai nabi pada tahun 10 H. Jadi dia bertemu Nabi pada tahun 9 H yang disebut ‘Amul Wufud dimana Nabi menerima banyak tamu, datanglah dia bersama kaumnya meminta kenabian kepada Nabi setelahnya. Dia juga memberikan gelar dirinya dengan Rahman Al-Yamamah.
Ketika Nabi meninggal maka Musailimah semakin banyak pengikutnya, bahkan dia memiliki pasukan hingga puluhan ribu orang. Akhirnya Abu Bakar h mengirim pasukan untuk menyerang Musailimah Al-Kadzdzab sehingga terjadilah perang yang sangat hebat yang disebut dengan Ma’rakah Al-Yamamah. Perang tersebut di pimpin oleh Khalid bin Al-Walid h, dan perang tersebut sangat luar biasa karena Musailimah Al-Kadzdzab adalah orang yang sangat kuat dalam bertempur. Dia juga memiliki pasukan yang sangat berani untuk mati, bahkan mereka mau berperang agar bisa mati syahid dalam membela nabi palsu.
Ketika Nabi masih hidup Musailimah Al-Kadzdzab sempat menulis surat kepada Nabi dengan mengutus dua orang untuk mengantar surat ini. Isi surat ini adalah,
مِنْ مُسَيْلِمَةَ رَسُولِ اللَّهِ إِلَى مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُشْرِكْتَ فِي الْأَمْرِ مَعَكَ، وَإِنَّ لَنَا نِصْفَ الْأَرْضِ وَلِقُرَيْشٍ نِصْفَ الْأَرْضِ، وَلَكِنَّ قُرَيْشًا يَعْتَدُونَ
“dari Musailimah utusan Allah kepada Muhammad utusan Allah, keselamatan untukmu, ammaa ba’du: sesungguhnya aku telah dijadikan sekutu bersamamu dalam kenabian. Kami memiliki setengah bumi dan kaum Quraisy juga memiliki setengah bumi akan tetapi kaum Quraisy adalah orang-orang yang melampaui batas.” ([4])
Jadi Musailimah Al-Kadzdzab tidak mengajak orang untuk kufur kepada Nabi, akan tetapi dia ingin menjelaskan kepada kaumnya bahwa nabi boleh ada 2, di Hijaz nabinya adalah Muhammad adapun di Yamamah yang menjadi nabi adalah Musailimah. Salah satu yang membuatnya memiliki pengaruh yang sangat besar adalah bahwa ada seorang dari pengikut Rasulullah yang murtad, di mana Nabi mengutus orang tersebut untuk mengajarkan Bani Hanifah agama Islam akan tetapi ternyata dia mengaku bahwasanya Nabi mengatakan Musailimah adalah sekutu nabi, Nabi Muhammad adalah rasul di sana dan Musailimah adalah rasul di sini. Orang-orang pun semakin percaya kepada Musailimah Al-Kadzdzab sebagai nabi.
Ketika surat ini sampai kepada Nabi maka Nabi membaca surat tersebut dan berkata kepada kedua utusan tersebut,
فَمَا تَقُولَانِ أَنْتُمَا؟ قَالَا: نَقُولُ: كَمَا قَالَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” وَاللهِ لَوْلَا أَنَّ الرُّسُلَ لَا تُقْتَلُ لَضَرَبْتُ أَعْنَاقَكُمَا “
“Bagaimana menurut kalian berdua tentang surat ini? Kedua utusan tersebut menjawab: kami meyakini sebagaimana yang dia yakini. Maka Rasulullah bersabda: demi Allah, seandainya tidak ada dalam aturan kenegaraan bahwa utusan tidak boleh dibunuh tentu aku akan memenggal kepala kalian berdua.”
Ini disebabkan mereka berdua telah murtad dengan meyakini ada nabi selain Nabi. Lalu Nabi menulis urat balasan kepada Musailimah Al-Kadzdzab, isinya:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ إِلَى مُسَيْلِمَةَ الْكَذَّابِ سَلَامٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“bismillahirrahmanirrahim, dari Muhammad utusan Allah kepada Musailimah Al-Kadzdzab (seorang pendusta), keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du, sesungguhnya bumi adalah milik Allah yang Allah wariskan kepada orang yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik hanya untuk orang yang bertakwa.”
Ketika Rasulullah meninggal, maka Abu Bakar mengirim Khalid bin Al-Walid untuk memerangi Bani Hanifah yang mereka memiliki pasukan yang sangat banyak sehingga terjadilah perang yang sangat hebat dan banyak para sahabat yang meninggal dunia. Ketika pasukan Bani Hanifah terdesak mereka masuk ke dalam Hadiqah yaitu semacam kebun atau benteng milik Musailimah Al-Kadzdzab sehingga kaum muslimin kesulitan untuk menembus benteng tersebut karena pintu benteng tersebut terkunci. Lalu muncullah seorang sahabat bernama Al-Bara’ bin Malik. Dia meminta untuk dilemparkan ke dalam benteng agar dia bisa masuk ke dalam benteng tersebut dan membukakan pintu benteng tersebut. Padahal mungkin jika dilemparkan ke dalam benteng tersebut akan menyebabkan dirinya diserang oleh pasukan Musailimah Al-Kadzdzab. Namun Allah menjaga dirinya, ketika dia dilempar dan masuk ke dalam benteng dia berhasil untuk membuka pintu. Akhirnya kaum muslimin pun masuk dan menyerang, lalu Musailimah Al-Kadzdzab terbunuh oleh seorang Anshari dan Wahsyi. Wahsyi tersebut adalah orang yang pernah membunuh Hamzah bin Abdil Mutthalib, tombak yang pernah dia gunakan untuk membunuh Hamzah dia gunakan juga untuk membunuh Musailimah Al-Kadzdzab. Dia melempar tombak tersebut dari jauh hingga menembus dada Musailimah Al-Kadzdzab. Wahsyi tersebut berkata,
فَإِنْ كُنْتُ قَتَلْتُهُ فَقَدْ قَتَلْتُ خَيْرَ النَّاسِ وَشَرَّ النَّاسِ
“jika aku yang telah membunuhnya maka sungguh aku telah membunuh orang yang terbaik (Hamzah -pent) dan orang yang paling buruk (Musailimah Al-Kadzdzab -pent).” ([5])
Footnote:
1. HR. Bukhari No. 3620
2. HR. Bukhari No. 3621 dan Muslim No. 22274
3. HR. Bukhari No. 4374
4. Al-Bidayah Wa An-Nihayah 7/259
5. HR. Abu Dawud At-Thayalisi No. 1410 dan Siyar A’lam An-Nubala’ 3/114
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait