Brasil Genting, Pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro Ngamuk

Ahmad Islamy Jamil
Keadaan genting terjadi di Ibu Kota Brasilia. Kondisi mencekam terlihat pada saat massa pendukung mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro menduduki gedung parlemen negara setempat. (Foto: iNews.id/Reuters)

BRASILIA, iNewsPurwokerto.id – Keadaan genting terjadi di Ibu Kota Brasilia. Kondisi mencekam terlihat pada saat massa pendukung mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro menduduki gedung parlemen negara setempat.

Laporan dari media lokal pada Minggu (8/1/2023) menyebutkan, suasana mencekam terjadi pada waktu polisi membubarkan mereka dengan granat gas dan granat bising.

Laman berita Brasil, G1 melaporkan, para pendukung radikal Bolsonaro merebut Kongres Nasional Brasil setelah bentrok dengan polisi militer. Semua peserta aksi antidemokrasi itu dipersenjatai dengan tongkat dan batu. 

Sementara Reuters memberitakan pendukung mantan presiden sayap kanan itu tidak hanya merebut Kongres, melainkan juga menyerbu Istana Kepresidenan, dan Mahkamah Agung Brasil. 

Peristiwa tersebut seakan-akan mengulangi kekeacauan yang terjadi di ibu kota AS dua tahun lalu, ketika para penggemar mantan Presiden Donald Trump menyerbut gedung DPR (US Capitol) di Washington DC. 

Atas situasi itu, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengumumkan intervensi keamanan federal di Brasilia yang berlangsung hingga 31 Januari. Dalam konferensi pers, dia menyalahkan Bolsonaro dan mengeluhkan kurangnya keamanan di ibu kota. 

Menurut Lula, pihak berwenang seakan-akan telah membiarkan kaum “fasis” dan “fanatik” membuat kekacauan. “Para pengacau ini, yang bisa kita sebut Nazi fanatik, Stalinis fanatik, fasis fanatik, melakukan apa yang belum pernah dilakukan dalam sejarah negara ini,”demikian kata Lula.  

“Semua orang yang melakukan (kekacauan) ini akan ditemukan dan mereka akan dihukum,”katanya. 

Pada 1 Januari, Lula resmi memulai jabatannya sebagai presiden Brasil untuk ketiga kalinya. 

Dia dilantik sebagai kepala negara setelah memenangkan pemilihan presiden dalam putaran kedua pada 30 Oktober, mengalahkan presiden petahana Bolsonaro dengan selisih suara tipis. 

Bolsonaro, yang juga seorang pendukung Trump, enggan mengakui kekalahannya. Dia menyuarakan klaim palsu bahwa sistem pemungutan suara elektronik Brasil rentan terhadap kecurangan. 
 

Editor : EldeJoyosemito

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network