“Pendapatan sebagai tukang becak, untuk harian antara Rp25 ribu hingga Rp30 ribu. Setiap harinya, saya mangkal di perempatan Jalan Bantar Jatilawang. Selain tukang becak, saya juga memelihara kambing di rumah. Kadang juga serabutan, kalau ada orang yang meminta tolong,”katanya.
Berfoto bersama dengan Rektor UMP dan jajarannya. (Foto: iNewsPurwokerto)
Meski dengan tertatih-tatih, tetapi dia bangga bisa membiayai sampai anaknya dapat menyelesaikan studinya di UMP. “Harapan saya, ke depannya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Sehingga dapat membantu orang tua,”ujarnya.
Rektor UMP Assoc Prof Jebul Suroso memberikan kejutan dengan menjemput Ema di depan Auditorium Ukhuwah Islamiyah, tempat wisuda dilangsungkan. Dia menyalami Ema yang ditemani ibunya diantarkan dengan becak.
“Hari ini, kita bisa melihat sosok yang percaya diri, seorang anak, maaf bukan berarti saya merendahkan profesi ini, tukang becak, namun mampu menyelesaikan sarjana. Dan UMP mengelola itu,”ujar Rektor.
Selain sosok anak tukang becak, juga ada wisudawan difabel. Ini menunjukkan bahwa UMP merupakan kampus yang ramah penyandang disabilitas. UMP memberitakan fasilitas bagi difabel.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait