“Sudah coba didebatin sama ayah, kalau Fikri sudah dewasa dan gak akan terganggu kondisi mentalnya. Ayah hanya minta waktu terakhir untuk tidur sama anaknya,” ungkapnya.
Setelah waktu pertemuan di Nusakambangan habis, dia tidak tau lagi harus bagaimana. Perasaanya pun menjadi hancur mendengar waktu eksekusi tinggal sebentar lagi.
“Disitu gue merasa lebih hancur lagi, dan akhirnya udah meluk papa, dan hari kedua gue udah mulai nangis. Aku udah gak kuat nutupin kesedihan kalau papa pergi, aku bakal hancur sehancur-hancurnya,”pungkasnya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait