PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id-Tepat 117 tahun lalu pada 30 April Sekolah Puhua berdiri.
Sekolah Puhua memiliki sejarah yang panjang. Pada awalnya, berdiri di Sokaraja tahun 1906, kemudian lahir kembali pada 30 April 2006 di Purwokerto, Banyumas.
Setelah lahir kembali Sekolah Puhua mengusung pendidikan tiga bahasa sekaligus, yaitu bahasa Indonesia, Mandarin, dan Inggris. Namanya menjadi Sekolah 3 Bahasa Putera Harapan atau akrab disebut Puhua School yang didirikan Yayasan Putera Harapan Banyumas (PHB).
Mengapa disebut lahir kembali? Karena bersama 1.800 sekolah Tionghoa lainnya di seluruih Indonesia Puhua pernah dinon-aktifkan dan membawa seluruh siswanya harus belajar di rumah. Dua puluh tahun kemudian oleh para alumninya Puhua dibangun kembali membawa filosofi You Jiao Wu Lei yang berarti “Pendidikan Tanpa Perbedaan”.
Puhua di mata banyak orang bukan sekedar institusi pendidikan berlabel sekolah belaka. Puhua adalah sebuah teladan sekaligus rumah bagi semangat toleransi dan keberagaman tumbuh subur. Ibarat Indonesia mini, ia melestarikan semangat sekaligus jiwa pemersatu kebhinekaan.
Langkah tegap perintis Puhua di era awal bernama Tan Swie Sing menjadi napas Sekolah Puhua tetap hidup. Bahkan berjaya hingga hari ini. Jiwa pendidik dan semangat mengajar calistung inilah yang menjadi cikal bakal Puhua dilanjutkan sang putera Tan Hay Siang.
Sekolah sederhana tahun 1906 di Sokaraja inilah hingga hari ini terus bertumbuh dari 3 ruang bersekat sederhana di rumahnya 117 tahun yang lalu. Dan kini menjadi sebuah rumah harapan bagi semua orang dalam mensyukuri keberagaman sebagai sebuah keniscayaan di bumi Indonesia.
Merayakan satu abad lebih sekolah Puhua, sepanjang bulan April siswa siswi Puhua School mengisi kegiatan dengan aktivitas belajar budaya mulai dari kentongan, jemparingan, dolanan koena (mainan kuno), membatik, hingga berkenalan dengan seni lengger dan gamelan.
Deretan permainan rakyat nyaris punah mulai dari tulupan atau pletokan, egrang batok kelapa, mobil kayu gledegan, congklak atau dakon, hingga gasing dan hulahup turut dimainkan dengan atraktif.
Siswa tak hanya belajar mempraktikkan langsung tetapi juga diajak mengenal sejarah setiap budaya dan meresume ulang pengalaman mereka dalam bentuk cerita.
Anak-anak Puhua School diajak bermain dolanan tradisional. (Foto: Istimewa)
Anak anak Indonesia khususnya generasi muda di Banyumas ini dibekali kemampuan bahasa asing dan ilmu pengetahuan yang komperhensif melalui berbagai metode ajar kreatif di tengah kompetisi global yang akan mereka hadapi selepas lulus nanti.
Ketua Yayasan PHB Yudi Sutanto menyatakan Puhua School bertumbuh dan beradaptasi mendorong kemajuan pendidikan modern di Jawa Tengah khususnya Purwokerto tempat ia berpijak. Tanpa meninggalkan karakter ketimuran yang lekat dan menjaga keberagaman warisan seni budaya tetap lestari.
“Melalui pemahaman pada keberagaman seni dan budaya, Puhua menjadi harapan tempat bersemainya semangat toleransi antar sesama. Hal ini menjadi kiprah nyata kecintaan para pendiri Puhua pada tanah air Indonesia melalui bidang pendidikan yang sepenuh sungguh mewujud nyata setiap hari di sekolah,” tegasnya.
Editor : Elde Joyosemito
Artikel Terkait