Mumi anak-anak itu diyakini meninggal antara tahun 1787 dan 1880, akan tetapi informasi untuk mengetahui identitas siapa dan penyebab mereka meninggal sangat terbatas.
Mayoritas tubuh yang berada di sana berupa kerangka, namun ada pula kondisi mumi yang terpelihara baik sehingga kulit, rambut, dan pakaian mereka tetap utuh.
Pemakaman di Sisilia awalnya diperuntukkan bagi para biarawan dari ordo Kapusin, tetapi kemudian dibuka untuk umum.
Masyarakat setempat meyakini, jika manusia berubah menjadi mumi merupakan simbol cara mempertahankan status serta martabat meskipun sudah dalam keadaan meninggal.
"Proses mumifikasi di situs ini dipandang sebagai tanda kecanggihan dan kekayaan. Bagian dari cara mempertahankan kepribadian sosial mereka setelah kematian," kata Squires kepada The Sun.
Squires menambahkan dengan bantuan cahaya sinar-X diharapkan dapat mengambil ratusan gambar anak mumi dari sudut yang berbeda. Selain itu, mereka akan menggunakan sinar-X untuk menentukan jenis kelamin dan usia setiap anak, mencari bukti adanya tumbuh perkembangan, trauma, hingga penyakit yang pernah diderita.
Dr Dario Piombino-Mascali, yang juga mengerjakan proyek tersebut, mengatakan kepada The Guardian bahwa beberapa mumi anak "sangat terpelihara" dan terlihat seperti "boneka kecil".
"Mumi terlihat seperti anak-anak yang sedang tidur. Mereka dimumifikasi, akan tetapi beberapa dari mumi memiliki mata palsu sehingga terkesan bisa melihat," jelas Dr Dario Piombino-Mascali.
Mumi memang tersohor sebagai warisan Sisilia yang sengaja dipamerkan kepada masyarakat umum dan wisatawan.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait