BELANDA, iNewsPurwokerto.id – Sebanyak 472 koleksi benda-benda bersejarah diterima pemerintah Indonesia dari pemerintah Belanda di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda, pada Senin (10/7) kemarin. Penyerahan koleksi benda bersejarah itu disambut baik Pemerintah Indonesia dan akan merawat koleksi-koleksi tersebut dengan hati-hati.
“Indonesia, dalam hal ini Kemendikbudristek akan melakukan konservasi dan pemanfaatan terbaik untuk benda-benda budaya ini,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid dalam keterangannya, Selasa (11/7/2023).
Benda bersejarah tersebut diterima langsung oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid dari Menteri Muda bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan, Kerajaan Belanda, Gunay Uslu.
Menurut dia, 472 benda bersejarah yang diserahkan tersebut terbagi menjadi empat koleksi. Diantaranya terdiri dari sebuah Keris Puputan Klunkung yang berasal dari Kerajaan Klungkung, Bali; empat arca era Kerajaan Singasari; 132 benda seni koleksi Pita Maha Bali; serta 335 harta karun yang merupakan jarahan Ekspedisi Lombok pada tahun 1894.
Empat arca era Kerajaan Singasari ini merupakan primadona pada abad ke-13 Masehi, selama benda bersejarah ini tersimpan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda. Empat arca dari Candi Singasari didirikan untuk menghormati kematian Raja Kertanegara, dinasti terakhir Kerajaan Singasari. Kemudian terdapat empat arca yang merupakan Durga, Mahakala, Nandishvara, dan Ganesha.
Sementara untuk 132 benda seni koleksi Pita Maha Bali diantaranya adalah karya lukisan, ukiran kayu, benda-benda perak, dan tekstil para maestro seniman yang tergabung di dalam kelompok seni Pita diantaranya, Paguyuban seniman Bali yang didirikan pada 29 Januari 1936 oleh Tjokorda Gde Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempad, Walter Spies, dan Rudolf Bonet.
Selanjutnya, ada 335 benda yang merupakan objek dari Puri Cakranegara, Lombok, di mana sebelumnya tersimpan di Tropenmuseum. Sementara Keris Puputan Klungkung sudah sejak lama menjadi koleksi Museum Volkenkunde, Leiden.
Hilmar mengungkapkan, repatriasi benda bersejarah ini bukan sekadar memindahkan barang dari Belanda ke Indonesia, akan tetapi untuk mengungkap pengetahuan sejarah dan asal-usul benda-benda seni bersejarah yang selama ini belum diketahui masyarakat.
"Jauh sebelum benda-benda tersebut kembali ke Indonesia, kedua komite repatriasi dari Indonesia dan Belanda bekerja sama melakukan serangkaian pertemuan dan diskusi, untuk membahas makna dari benda-benda tersebut bagi kedua bangsa, baik di masa lalu maupun di masa kini," ujarnya.
Dia mengatakan, kerja sama kedua negara dalam bidang repatriasi ini berkembang ke arah yang positif dengan mengembangkan program-program kerjasama museum dan penelitian yang melibatkan para ahli dari kedua negara. Selain itu pengembangan program beasiswa bagi para sarjana yang melakukan penelitian di dalam bidang repatriasi benda kolonial.
"Proyek repatriasi benda bersejarah ini adalah momentum penting untuk menumbuhkan saling pemahaman dan kesetaraan di antara kedua bangsa," ungkapnya.
Sementara menurut Ketua Tim Repatriasi koleksi asal Indonesia di Belanda, yang dipimpin oleh I Gusti Agung Wesaka Puja dan Komite Repatriasi Benda Kolonial Belanda dipimpin oleh Lian Gongalvez-Ho Kang You mengatakan jika upaya repatriasi sudah dilakukan sejak dua tahun lalu.
"Kami terus menjalin komunikasi positif dan produktif guna melanjutkan kerja sama dan mendorong ikhtiar pengembalian benda-benda bersejarah dari Belanda ke Indonesia,” tutur I Gusti Agung Wesaka Puja.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait