Event ini juga mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta sektor pariwisata, tetapi juga untuk mempromosikan ekonomi syariah. “Kami juga menggelar lengger khas Banyumas yang dipersembahkan oleh maestro lengger, Rianto,”jelas dia.
Sementara wartawan senior Andy F Noya mengharapkan supaya acara Jazz Gunung Slamet ini dapat menjadikan Banyumas sebagai tujuan wisata yang tak kalah menarik dengan destinasi wisata lain seperti Yogyakarta, Bali, dan Labuan Bajo.
Andy menyatakan bahwa potensi ini sangat besar, dan yang dibutuhkan adalah upaya bersama agar Banyumas dapat berkembang lebih cepat sebagai tujuan wisata yang kompetitif dibandingkan dengan daerah lain.
Terkait keterlibatan Pokdarwis Desa Kemutug Lor dalam penyelenggaraan Jazz Gunung Slamet, Andy menyatakan bahwa ini mirip dengan apa yang terjadi dalam Jazz Gunung Bromo.
"Kami akan mengajarkan kepada masyarakat lokal, baik melalui Pokdarwis maupun komunitas, seperti yang kami lakukan di Bromo. Dibutuhkan waktu tujuh tahun di Bromo sebelum kami bisa mendelegrasikan penyelenggaraan kepada masyarakat lokal,”kata dia.
Sementara CEO Jazz Gunung Indonesia Bagas Indyatmono sebagai event pertama kali, QRIS Jazz Gunung Slamet baru akan menargetkan 1.000 penonton yang hadir.
“Pada gelaran QRIS Jazz Gunung Slamet tahun ini, kami akan hadirkan atmosfer yang belum pernah disajikan sebelumnya,”tambahnya.
Maestro lengger Banyumas, Rianto, juga bakal menampilkan kolaborasi lengger dengan pagelaran di QRIS Jazz Gunung Slamet 2023.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait