Pilihan tersebut menghadirkan kritik yang datang dari investor Univeler, yang menyebut terlalu perhitungan di tengah risiko tantangan bisnis yang mendesak, seperti lonjakan inflasi di pasar negara berkembang.
Unilever saat ini sedang berjuang melawan dampak pandemi dengan meningkatnya biaya bahan baku, tenaga kerja dan transportasi.
Eksposurnya terhadap bisnis makanan di pasar negara berkembang yang tengah menghadapi kenaikan inflasi, menempatkan Unilever pada posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan saingannya P&G dan Nestle.
Karena Unilever terus tertinggal, investor menjadi frustrasi atas kinerjanya. Pada Kamis lalu (27/1), seorang manajer investasi asal Inggris Terry Smith mengkritik perusahaan melalui sebuah surat kepada investor Fundsmith LLP-nya, dan mendesak manajemen untuk fokus pada penguatan kinerja.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait