SEOUL, iNewsPurwokerto.id - Institut Energi Fusi Korea mengumumkan peningkatan pada perangkat fusi superkonduktor Korea Selatan, yakni KSTAR dan dikenal sebagai matahari buatan.
Peningkatan tersebut melibatkan pemasangan pengalih tungsten baru pada perangkat fusi magnetik KSTAR, memungkinkannya untuk menjalankan plasma suhu tinggi pada suhu lebih dari 100 juta derajat Celsius selama 30 detik.
Keberhasilan ini membuka peluang untuk penelitian inovatif yang dapat mengarah pada komersialisasi fusi nuklir sebagai sumber energi.
Pengembangan ini juga merupakan bagian dari upaya bersama Institut Energi Fusi Korea dalam mempercepat pengembangan energi fusi nuklir melalui program ITER. ITER adalah proyek pembangunan reaktor fusi magnetik yang lebih besar di Perancis selatan.
Presiden KFE, Suk Jae Yoo, menyatakan bahwa penggunaan divertor tungsten untuk mengoperasikan KSTAR pada suhu yang lebih tinggi akan menghasilkan data yang krusial untuk mendukung program ITER.
Divertor, sebagai komponen penting, berperan dalam pengelolaan pembuangan gas buang dan kotoran dari reaktor, serta menahan beban panas permukaan tertinggi.
Sebelumnya, KSTAR menggunakan divertor karbon yang kurang tahan panas dibandingkan dengan divertor tungsten yang baru dipasang. Pengembangan divertor tungsten dimulai pada tahun 2018, dengan prototipe pertama selesai pada tahun 2021, dan pemasangan dimulai pada bulan September 2022.
Tungsten, dengan titik leleh tinggi dan karakteristik sputtering rendah, meningkatkan ketahanan panas perangkat dua kali lipat.
Dengan pengalih baru ini, diharapkan KSTAR dapat mencapai operasi plasma kinerja tinggi selama 300 detik pada akhir tahun 2026.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait