Presiden Erdogan Mengatakan Turkiye akan Menginvasi Israel untuk Membantu Palestina

Ahmad Islamy Jamil
Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa Turkiye bisa saja memasuki Israel, mirip dengan tindakan Ankara di Libya dan Karabakh. Foto: Ist

ANKARA, iNewsPurwokerto.id - Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa Turkiye bisa saja memasuki Israel, mirip dengan tindakan Ankara di Libya dan Karabakh.

Pernyataan ini disampaikan saat berbicara pada rapat Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) Cabang Provinsi Rize, kampung halaman presiden.

Erdogan juga menyoroti keberhasilan industri pertahanan Turkiye saat ini, namun dia mengingatkan rakyatnya agar tidak terlena. Dia berpendapat bahwa jika keberhasilan Turkiye di sektor militer semakin besar, Israel tidak akan berani bertindak semena-mena terhadap Palestina.

"Kita harus kuat. Seperti kita memasuki Karabakh dan Libya, kita akan melakukan hal yang sama terhadap mereka (Israel). Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan," kata Erdogan dalam pidatonya yang disiarkan televisi nasional pada Minggu (28/7/2024).

Parlemen Turkiye telah menyetujui perpanjangan mandat penempatan kontingen militer Turki di Libya selama dua tahun mulai Januari 2024.

Turkiye juga mendukung Azerbaijan selama Perang Karabakh Kedua melawan Armenia pada musim gugur 2020. Beberapa drone Turkiye turut serta dalam operasi militer tersebut.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, baru-baru ini berpidato di Kongres AS, yang memicu protes besar dari para aktivis anti-perang di sekitar Gedung Capitol di Washington DC.

Para politisi Turkiye, termasuk Erdogan, mengutuk keras pidato Netanyahu, menyebutnya sebagai penjahat perang, dan merasa muak dengan tepuk tangan anggota parlemen AS saat pidato tersebut.

Pada 7 Oktober 2023, Israel mengalami serangan roket yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Jalur Gaza. 

Setelah itu, pejuang Hamas dari Palestina memasuki Israel, menyerang militer dan warga sipil zionis, serta menawan lebih dari 200 orang. Menurut pihak berwenang, sekitar 1.200 warga Israel tewas dalam serangan "Operasi Banjir al-Aqsa" tersebut.

Militer Israel kemudian melancarkan "Operasi Pedang Besi" di Jalur Gaza, dengan pengumuman blokade penuh terhadap wilayah Palestina tersebut. Pasokan air, listrik, bahan bakar, makanan, dan obat-obatan ke Gaza dihentikan.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober telah melebihi 39.000 orang, dengan lebih dari 89.800 orang terluka.

Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network