PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id-Malam yang dingin dengan suhu sekitar 20 derajat Celcius tidak menyurutkan ratusan undangan untuk bertahan di 1st Anniversary Safari See To Sky Baturraden pada Senin (5/8/2024) malam. Mereka menjadi hangat ketika ada kolaborasi penyanyi Ayumi dan perupa muda Samudra Airlangga.
Samudra Airlangga mewarnai dua tangan putih dengan lumuran warga biru kuning dan merah. Sementara Ayumi mengiringinya dengan beberapa buah lagu. Kolaborasi tersebut menjadi bagian dari 1st Anniversary Safari See To Sky Baturraden.
Sebelumnya, kolaborasi juga menjadi topik hangat yang dibicarakan dalam talkshow bertema Pemanfaatan Alam Sebagai Daya Ungkit Membangun Ekosistem Pariwisata dan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan.
Pemateri yang didatangkan berasal dari pentahelix, ada pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas dan media.
Staf Ahli Menteri LHK Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Tasdiyanto mengatakan bahwa hubungan manusia dan alam telah tercipta sejak dulu. Pihaknya sedang mengembangkan Suistanable Tourism Development, yaitu bagaimana pembangunan secara ekonomi, ekologi, dan sosial budaya dilakukan secara selaras.
"Bagaimana berkelanjutan, bukan sekadar bertambah wisatawan. Jika terjadi over tourism, itu juga akan berdampak pada alam. Saya juga mengistilahkan ekonomi regeneratif," katanya saat menyampaikan materi di depan pengunjung.
Sementara Sekretaris Dinas Dinporabudpar, Deskart Sotyo Jatmiko, dalam paparannya mengatakan ada beberapa masalah wisata yang dihadapi seperti akomodasi dan aksesibilitas. Dia mencontohkan perlunya kesepakatan bersama untuk membuat skema agar masuk ke area Safari See To Sky lebih mudah dan murah.
"Bagaimana kalau dibuat seperti tol saja. Masuk semobil Rp25 ribu. Jadi ini adalah aset perhutani, dan pemda ikut mengelola. Saat ini keluhannya adalah pengunjung harus membayar saat melewati kebun raya dan palawi. Pengunjung butuh kepastian biaya saat berkunjung ke Baturraden,"ungkapnya
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unsoed Ely Triasih Rahayu sebagai akademisi mengaku siap berkolaborasi terutama agar pihak luar, dalam hal ini pelaku wisata di luar Banyumas, dapat terkoneksi dengan wisata di Banyumas. "Mari kita pecahkan masalah agar wisatawan masuk ke Banyumas. Kami akan memasukkan proposal, misalnya paket wisata untuk para mahasiswa,"jelas dia.
Administratur KPH Banyumas, Mochamad Risqon Timur, mengatakan bahwa KPH Banyumas Timur mengelola kurang lebih 25 ribu hektar. Dari cakupan tersebut, sekitar 5.200 hektar masuk dalam kategori hutan lindung yang bisa dijadikan industri wisata alam.
"Industri wisata memiliki potensi yang sangat besar, meskipun infrastruktur akses wisata hutan saat ini masih sangat terbatas,"ujarnya.
Sementara itu, Ketua PWI Banyumas, Lilik Darmawan, mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan soal ekologi yang bisa berdampak pada peningkatan ekonomi. "Bayangkan jika hutan ini rusak, hampir pasti orang tidak akan datang. Bagaimana kita bisa mendatangkan banyak wisatawan bukan hanya dari segi jumlah, tapi juga kualitas wisatanya," katanya.
Ia menegaskan bahwa pengembangan wisata bukan hanya butuh kolaborasi di Banyumas, tetapi juga dengan daerah sekitar seperti Purbalingga hingga Kebumen. Kerjasama dan dukungan dari daerah sekitar sangat diperlukan.
Editor : Elde Joyosemito
Artikel Terkait