Potong Harga Tengkulak, STIKOM Borong Hasil Panen Buncis Petani Lokal Lebih Layak

Arbi Anugrah
Potong Harga Tengkulak, STIKOM Borong Hasil Panen Buncis Petani Lokal Lebih Layak. Foto: Ist

PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id - Sebanyak 50 kilogram buncis dan 50 kilogram tomat diborong Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Yos Sudarso Purwokerto dari para petani di Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. STIKOM Yos Sudarso membeli hasil panen buncis dari para petani setempat sebagai bentuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung petani lokal dengan harga yang jauh lebih layak.

"Kami ingin berperan aktif dalam membantu petani yang tengah mengalami kesulitan. Belarasa kami wujudkan dengan membeli hasil panen mereka, kami berharap bisa meringankan beban para petani, sekaligus memberi pengalaman dan kesempatan kepada mahasiswa untuk berbagi sukacita bagi masyarakat sekitar dengan memberikanya secara gratis," kata Ketua STIKOM Yos Sudarso, Romanus Edy Prabowo dalam keterangannya, Kamis (8/8/2024).

Langkah ini diambil ketika para tengkulak menawarkan harga lebih rendah kepada para petani, yakni Rp700 per kilogram untuk hasil panen buncis, sedangkan STIKOM berani mengambil langkah inisiatif dengan membeli hasil panen petani dengan harga Rp3.000 per kilogram. Hal ini untuk memastikan para petani mendapatkan keuntungan yang layak agar dapat terus berproduksi.

Wakil Ketua II Bidang SDM, Keuangan dan Umum, Carolina Ety Widjayanti, mengatakan jika pembelian hasil panen petani Banjarnegara ini kemudian dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan tanpa mengambil keuntungan. 

“Kami percaya bahwa dengan memberikan harga yang adil kepada petani, kami tidak hanya membantu mereka secara finansial, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan jangka panjang komunitas lokal,” ujarnya.

“Membeli hasil panen buncis dengan harga yang layak adalah salah satu cara kami untuk menunjukkan komitmen kami terhadap kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan ekonomi lokal," lanjutnya.

Ketua Yayasan Karya Perutusan Dr Antonius Ary Setyawan, mengatakan jika ini merupakan langkah penting STIKOM Yos Sudarso dalam berkontribusi memberikan peningkatan kesejahteraan petani lokal dan pembangunan komunitas yang lebih kuat. Terlebih STIKOM merupakan institusi pendidikan tinggi yang berkomitmen dalam bidang akademik dan kemanusiaan. 

“Melalui berbagai program dan inisiatif, kami bertujuan untuk menciptakan dampak positif dan berkelanjutan bagi masyarakat, sesuai dengan visi kami: unggul dan humanis dalam kebenaran untuk kesejahteraan masyarakat,” papar Ary.

Meskipun libur kuliah, sejak pukul 10.00 WIB sejumlah mahasiswa STIKOM Yos Sudarso sudah berkumpul di kampus. Mereka meluangkan waktu untuk membantu mengemas sayur mayur berupa buncis dan tomat. 

Ada yang menggotong karung besar berisi buncis, ada pula yang menimbang buncis. Setelah selesai pengepakan, mereka berkeliling ke rumah-rumah warga di sekitar kampus dan membagikannya secara gratis.

Retno (57) salah satu tukang becak di sekitar kampus mengaku bersyukur mendapatkan pembagian buncis tersebut. “Ini rezeki, terima kasih. Semoga selamat, panjang umur,” tutur Retno yang sudah 5 tahun bekerja sebagai tukang becak di sekitar Karangklesem, Purwokerto Selatan. 

Karyn (22) mahasiswi Sistem Informatika STIKOM Yos Sudarso mengatakan, dirinya senang dapat terlibat langsung untuk berbagi kepada sesama. “Pertama kali, senang karena bisa menolong orang lain. Tadi juga rasanya happy saat melihat orang happy ketika menerima buncis,” kata Karyn.

Sebelumnya, Relawan Caritas Keuskupan Purwokerto (KARITO) Adi Rusprianto di Karangkobar menyebutkan, akibat panen raya, harga buncis anjlok dari sekitar Rp 3.000 menjadi Rp 700-800 per kilogram. Akibat dari kondisi ini, Gereja Katolik Santo Antonius Banjarnegara membantu proses distribusi dan penjualan melalui gereja di Banjarnegara, Purbalingga, Purwokerto, serta Batang. Penjualan dengan harga normal, yaitu Rp 3.000 per kilogram.

“Harga anjlok karena barang yang ada atau panen di tempat lain juga melimpah. Jadi mau tidak mau, petani menjual dengan harga tebasan. Satu petak kebun langsung dihargai sekian ratus ribu rupiah. Itu tindakan akhir petani yang tidak mungkin petik sendiri,” tutur Adi.

Pembelian dengan harga normal sekitar Rp 3.000 per kilogram, kata Adi, membuat para petani terselamatkan dari panen raya ini. Setidaknya mereka bisa mendapatkan modal produksi lagi dan bisa mendapatkan uang untuk tanam di musim berikutnya. 

Hingga kini setidaknya ada sekitar 2 ton buncis yang telah dijual dan distribusikan lewat aksi sosial ini.

 

Editor : Arbi Anugrah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network