"Akhirnya saya bertanya pada salah seorang dokter yang datang mengecek kondisi pasien yang sudah tak bernyawa. Kata dokter tersebut, kemungkinan pasien memiliki penyakit bawaan seperti kelainan jantung," tutur CT, meniru hasil percakapannya dengan salah seorang dokter.
Mendengar jawaban itu, ia pun kembali bertanya, kenapa sebelumnya pihak rumah sakit tidak mengecek lebih dahulu kondisi pasien untuk mengetahui riwayat penyakit lain yang diderita pasien itu sendiri?.
Tak ingin memperlebar argumen, dokter tersebut pun berlalu meninggalkan keluarga korban yang sedang histeris serta berduka, setelah sempat meminta maaf pada keluarga pasien atas peristiwa tersebut.
Tak hanya itu, keluarga pasien lainnya juga menyesali akan minimnya fasilitas serta sarana yang dimiliki Rumah Sakit Umum Kota Bima terutama alat pendeteksi jantung yang kerap mengalami gangguan (rusak).
"Sebelum dimakamkan, Rizki sempat keluar air kencing. Dalam pikiran kami, jangan-jangan dia masih hidup hanya saja mengalami koma. Namun karena sudah didiagnosa meninggal, akhirnya kami menguburkannya," ungkap Ibu Korban, Ririn.
Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bima, dr Faturrahman yang dikonfirmasi atas kejadian itu mengakui, jika dirinya belum mengetahui peristiwa yang menimpa balita Rizki.
"Saya belum mengetahui kejadian itu. Untuk itu, saya coba konfirmasi dulu dengan dokter yang piket semalam guna mengetahui cairan apakah yang dipakai sehingga menyebabkan balita itu meninggal dunia," jawab Faturrahman dengan singkat saat ditanya soal adanya dugaan mal praktek di RSUD Kota Bima.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta