Untuk membawa keindahan itu ke dalam rumahnya, ia memotong pohon cemara dan menghiasinya dengan lilin-lilin kecil di dahan pohon sebagai representasi bintang di langit dan menunjukkan kepada keluarganya.
Sejarah pohon Natal perlahan menjadi tradisi yang menyebar ke Austria, Prancis, dan Inggris. Awalnya, hanya keluarga kerajaan Inggris yang memasang pohon Natal di rumah mereka.
Namun, pada tahun 1847, Pangeran Albert, suami Ratu Victoria, memberikan pohon Natal ke sekolah-sekolah dan barak militer untuk merayakan Natal. Tradisi ini kemudian menyebar di kalangan elit dan mulai populer di Amerika Serikat.
Di Eropa, pohon Natal umumnya berukuran kecil, hanya sekitar 120 cm. Namun, di Amerika Serikat, pohon Natal dibuat lebih besar dan menjulang tinggi dari lantai hingga atap rumah. Orang-orang semakin kreatif dengan menghiasi pohon Natal menggunakan berbagai ornamen, mulai dari hiasan tradisional, kue, hingga kerajinan tangan.
Seiring berjalannya waktu, pohon Natal menjadi simbol perayaan Natal di setiap rumah. Popularitasnya semakin meningkat, sehingga banyak perusahaan mulai memproduksi pohon Natal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ingin menghias rumah mereka dengan pohon ini.
Kini, pohon Natal tidak hanya menjadi bagian dari tradisi keagamaan, tetapi juga simbol kebersamaan, kebahagiaan, dan kemeriahan Natal di seluruh dunia. Tradisi ini terus berlanjut dan diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bagian tak terpisahkan dari perayaan Natal.
Editor : Aryo Arbi
Artikel Terkait