Respons Asosiasi Penyelenggara Event Musik Purwokerto terhadap Penyelenggaraan Konser yang Bobrok

Elde Joyosemito
Sejumlah orang yang terjejaring dari industri showbiz di Purwokerto memutuskan berkumpul dan membentuk forum guna merespon gagalnya event musik karena penyelenggara tidak profesional. (Foto: Istimewa)

Diskusi ini dilaksanakan beberapa waktu lalu berbarengan dengan hari di mana seharusnya konser besar diselenggarakan. 

Difasilitasi oleh Hetero Space Banyumas, tercatat sekitar tujuh jam diskusi berlangsung memaparkan lapisan fundamental penyelenggaraan event, hingga isu krusial yang mendorong dialog ini berlangsung. 

Beberapa pihak profesional hingga yang tersertifikasi di bidang ini diundang sebagai narasumber dengan wacana memperbaiki ekosistem penyelenggaraan event musik di Purwokerto. Oomleo, salah satu line up konser yang gagal tersebut bahkan turut hadir dalam diskusi ini. Oomleo, merupakan seniman yang cukup beririsan pada geliat serta pergerakan ekosistem pertunjukan, bahkan sampai di skala kabupaten.

Diskusi ini dimulai dari bahasan potensi dampak yang akan terjadi apabila konser musik batal atau berjalan dengan pincang, terutama karena faktor kelalaian penyelenggara atau penggagas event. 

Dampaknya tidak hanya berhenti pada kerugian finansial dan kapital, namun berpotensi menjalar ke lapisan lainnya, mulai dari tingkat kepercayaan antar stakeholder yang dipertanyakan, boikot dari pihak manajemen artis, daya beli dan tingkat kepercayaan masyarakat turun sehingga berdampak pada event selanjutnya, perizinan yang akan semakin sulit, sampai kekhawatiran pelaku industri showbiz di Purwokerto akan invasi dan intervensi oknum penyelenggara dari luar Purwokerto mengambil alih ladang mata pencaharian mereka. 

Tahun 2024 menjadi tahun yang cukup punya sorotan terutama pada penyelenggaraan konser musik yang diinisiasi oleh “Mahasiswa”. Beberapa nama musisi besar populer lebih sering terdengar singgah di kota ini pada tahun 2024. Namun yang disayangkan, tidak sedikit dari konser musik yang digagas oleh “Mahasiswa” ternyata juga sama bermasalahnya. 

Mulai dari pendanaan yang kurang, hingga birokrasi yang bermasalah. Aldiz  (Voice Hell) merupakan salah satu orang yang paling sering bersinggungan dengan event yang diselanggarakan oleh “Mahasiswa”, baik sebagai vendor, organizer, konsultan, bahkan sebagai orang yang siap pasang badan untuk event yang hampir menyerah dan batal. 

Tentu saja hal ini menjadi polemik yang berkelanjutan serta merugikan banyak pihak. Tidak sedikit dari mereka (Mahasiswa) yang belum memahami fundamental penyelenggaraan sebuah konser musik, terutama perihal tanggung jawab dan pendanaan. 

Editor : EldeJoyosemito

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network