Jelajah Kota Lama Banyumas 2025, Hidupkan Kembali Warisan Sejarah dan Akulturasi Budaya

Arbi Anugrah
Wajah kota lama Banyumas. (Foto: Istimewa)

Mereka juga mengunjungi rumah batik tua dan Toko Roti Mruyung sebelum singgah di Toko Batik Hadi Priyanto untuk mempelajari motif batik klasik, seperti Batik Ayam Puger.

"Banyumas Kota Lama pernah mengalami banjir besar akibat luapan Sungai Serayu pada akhir 1900-an. Peristiwa ini dikenal masyarakat dengan sebutan Bethik mangan manggar (ikan Bethik makan bunga kelapa). Pasca banjir, Banyumas sempat dianggap sebagai kota mati sebelum akhirnya aktivitas kota beralih ke Purwokerto," ungkap Jatmiko Wicaksono, saat sesi kolaborasi lapangan bersama para peserta JKLB.

Sekitar pukul 11.30 WIB, kegiatan jelajah sejarah ini ditutup dengan ramah tamah dan diskusi antara peserta dengan pengurus YLBR-BHHC di pendopo Kelenteng Boen Tek Bio.

Masa Depan Kota Lama Banyumas

Ketua BHHC, Ko Grytje Gregory Gery, menegaskan bahwa JKLB merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan lebih dari tiga kali dalam setahun. "Tujuan utama kegiatan ini adalah menumbuhkan kesadaran sejarah dan kecintaan terhadap situs-situs bersejarah serta cagar budaya di Banyumas, khususnya peninggalan dari masa kolonial," ujarnya.

Hal senada disampaikan oleh Prof. Sugeng Priyadi, Guru Besar Sejarah UMP yang turut mendukung revitalisasi Kota Lama Banyumas. Dalam wawancara terpisah, ia menekankan bahwa Kota Lama Banyumas tidak boleh hanya menjadi destinasi wisata sejarah, tetapi harus menjadi pusat edukasi jangka panjang.

"Edukasi ini akan berdampak besar dalam membangun kesadaran historis masyarakat, baik di Banyumas maupun di daerah lain,” ujar Prof. Sugeng. Ia juga mendorong agar pengembangan kawasan ini dilakukan secara serius dan berkelanjutan.

"Jika ingin dikembangkan lebih jauh, perluasan pembangunan hingga ke Sungai Serayu dapat menjadi opsi, tetapi harus memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari Kota Lama lainnya di Indonesia," tambahnya.

Dukungan dari Pemerintah Kabupaten Banyumas dan pemerintah pusat juga diperlukan untuk mempercepat revitalisasi kawasan ini. Meski proses revitalisasi baru dimulai pada 2022-2023 dengan anggaran Rp15 miliar dari Kementerian PUPR, upaya lebih lanjut masih dibutuhkan untuk menjaga kelestarian warisan sejarah ini.

"Kesadaran kolektif adalah kunci. Ambagyo sesarengan (merawat bersama dengan sepenuh hati) harus menjadi gerakan nyata, melibatkan masyarakat, akademisi, sejarawan, arkeolog, pegiat budaya, serta pemerintah, baik dalam moril materiil maupun payung hukumnya," tutup Prof. Sugeng.

Sekitar pukul 13.00 WIB, Jelajah Kota Lama Banyumas 2025 berakhir. Kegiatan ini menjadi simbol komitmen bersama untuk terus melestarikan sejarah dan warisan budaya Banyumas bagi generasi mendatang.

 

Editor : Arbi Anugrah

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network