Puluhan Warga Berebut Uang Koin dan Belut Hidup, Beginilah Tradisi Mitoni di Banyumas

Saladin Ayyubi
Puluhan Warga Berebut Uang Koin dan Belut Hidup, Beginilah Tradisi Mitoni di Banyumas. Foto: Saladin Ayyubi/ iNews.id

Keunikan acara tradisi mitoni tujuh bulanan ini adalah berkumpulnya puluhan warga sejak acara doa dan tahlil sedang dilakukan. Warga berkumpul tak jauh dari acara tahlil dan doa untuk menunggu acara “inti” yaitu disebarnya uang koin dan belut hidup.

Usia doa dan tahlil, puluhan warga selanjutnya menunggu acara tumpengan dari para tamu undangan yang selesai berdoa. Nah saat acara makan tumpeng inilah, puluhan warga mulai bergerak ke halaman rumah untuk bersiap berebut uang koin dan belut hidup.

Uang koin kemudian dilempar oleh Isti yang sedang hamil dan kerabatnya. Sebanyak dua toples berisi uang koin lima ratusan dan seribuan ini, dilempar dan langsung menjadi rebutan warga yang sudah menantinya. Mereka yang berebut tidak pandang usia. Ada anak-anak, remaja, dewasa bahkan hingga orang tua. Mereka Nampak senang karena uang yang dilempar cukup banyak dan berkali-kali.

Setelah berebut uang koin, selanjutnya pihak keluarga melempar belut dari dalam ember ketengah kerumunan warga. Belut inipun ludes menjadi rebutan dalam sekejap.

Menurut Ciptaning Dasyandani (44) salah satu saudara sepupu yang juga warga Tipar Kidul mengatakan, tradisi menyebar uang dan belut merupakan symbol kebaikan kelancaran rejeki.

“Dengan berbagi sedekah menyebar uang merupakan harapan agar kelak anak membawa rejeki bagi keluarganya dan dirinya. Sementara menyebar belut merupakan symbol agar kelak anak lincah dalam encari rejeki dan menjadi pekerja keras dalam mencari nafkah,” ujar Ciptaning pada wartawan.

Sementara tradisi lain yaitu memasukkan dua kelapa gading yang sudah dilukis tokoh wayang pria dan wanita tampan dan cantik. Tokoh wayang ini biasanya digambarkan sebagai Arjuna dan Dewi Sumbadra atau Rama dan Shinta. Kelapa gading selanjutnya dimasukan ke dalam kain sarung yang dipakai ibu hamil dan di brojolkan atau dijatuhkan keluar kain sarung. Hal ini sebagai simbol agar si bayi yang tampan atau cantik nanti lahir dengan “gangsar” atau lancar dan sehat.

Tradisi mitoni tujuh bulanan ini sendiri dilakukan setelah tradisi empat bulanan dilakukan. Tradisi yang sudah hampir jarang dilakukan masyarakat terutama di kota-kota, namun tradisi ini justru masih menjadi budaya yang dipegang erat warga Desa Tipar Kidul. Selain sebagai tradisi turun temurun, mitoni 7 bulanan justru yang utama adalah wujud rasa syukur dan doa yang panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas karunia anak yang dititipkan melalui orang tua sang jabang bayi yang akan lahir ke dunia.

Editor : Arbi Anugrah

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network