Talk Show Ikonografi Mahastupa Borobudur Digelar, Perkuat Pemahaman Warisan Budaya

Elde Joyosemito
Pusat Riset Budaya, Kearifan Lokal, dan Agama LPPM Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) bersama Prajnaparamita Bhuvana Smrti sukses menggelar talk show bertajuk Ikonografi Mahastupa Borobudur di Gedung LPPM Unsoed. (Foto: Istimewa)

PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id-Pusat Riset Budaya, Kearifan Lokal, dan Agama LPPM Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) bersama Prajnaparamita Bhuvana Smrti sukses menggelar talk show bertajuk “Ikonografi Mahastupa Borobudur” di Gedung LPPM Unsoed. 

Acara yang dihadiri lebih dari 200 peserta dari berbagai komunitas, organisasi keagamaan, akademisi, dan mahasiswa ini berhasil menciptakan ruang diskusi mendalam tentang sejarah dan filosofi Candi Borobudur.

Acara dibuka dengan pembacaan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan pertunjukan Tari Rumeksa oleh Stella Hana Ujwala dari Vihara Vajra Bumi Dharmaloka, Desa Kedupang. Dalam sambutannya, Ketua Panitia Franciska Hartono menyampaikan bahwa pemahaman mendalam tentang Borobudur tidak hanya menumbuhkan kebanggaan terhadap warisan budaya, tetapi juga memperkuat kerukunan antarumat beragama.

Talk show ini menghadirkan dua narasumber ahli, yaitu Hariadi, S.Sos., M.A., Ph.D., dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsoed, serta Romo Drs. Handaka Vijjananda, Apt., pendiri Ehipassiko Foundation dan ahli penerjemah Kitab Suci Tipitaka Pali dan Sansekerta.

 Acara dipandu oleh Sendy Noviko, S.Sos., M.PA., dosen FISIP Unsoed, yang membuka sesi dengan membacakan puisi berjudul Borobudur karya Nasruddin Anshoriy Ch (Gus Nas), menciptakan atmosfer yang mendalam bagi para peserta.

Hariadi dalam paparannya menjelaskan sejarah Borobudur sebagai pusat kebudayaan Buddha yang berkembang pesat antara abad ke-7 hingga ke-15 Masehi. 

Ia menekankan struktur unik Borobudur yang terdiri dari tiga tingkatan—Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu—yang merepresentasikan perjalanan spiritual manusia dalam kosmologi Buddha. “Borobudur adalah warisan budaya asli Indonesia, terlepas dari latar belakang agama,” tegas Hariadi.

Sementara itu, Romo Handaka Vijjananda memaparkan ikonografi Borobudur dengan membandingkannya dengan stupa-stupa utama di berbagai negara seperti Myanmar, Nepal, India, Thailand, dan Sri Lanka. 

Ia menjelaskan bahwa Borobudur merupakan Maha Stupa, dengan satu stupa puncak, 72 stupa besar, dan 1.472 stupa kecil. Romo Handaka juga menguraikan makna filosofis relief Borobudur yang menggambarkan perjalanan spiritual berdasarkan ajaran Dasabhumi.

“Borobudur adalah mahkota Nusantara yang patut dibanggakan. Namun, yang lebih penting dari mengenal Borobudur bukanlah mengidolakan Buddha, melainkan mengamalkan ajaran-ajarannya,” ujar Romo Handaka.

Kepala LPPM Unsoed Prof. Dr. Ir. Elly Tugiyanti, MP.IPU., ASEAN Eng., dalam sambutannya menegaskan bahwa Borobudur bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol kebudayaan yang kaya akan nilai-nilai kehidupan. 

Sementara itu, Imam Sihardi, M.Hum., Ketua Pusat Riset Kebudayaan, Kearifan Lokal, dan Agama LPPM Unsoed, mengapresiasi kolaborasi dengan Prajnaparamita Bhuvana Smrti dan berharap diskusi serupa dapat terus digelar di masa depan.

Acara ini menjadi momentum penting dalam memperkaya pemahaman masyarakat tentang warisan budaya Indonesia, khususnya Borobudur, serta memperkuat persaudaraan lintas agama dan komunitas. Ke depan, diharapkan diskusi serupa dapat terus digalakkan untuk memperkaya wawasan dan mempererat persatuan bangsa melalui pemahaman akan kearifan lokal dan budaya Nusantara.

Editor : EldeJoyosemito

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network