Sementara menurut Kudo Hiroyasu menjelaskan bahwa proyek FCMP merupakan bentuk hibah dari Pemerintah Jepang melalui JICA untuk mendukung pengelolaan banjir di Indonesia, khususnya di DAS Serayu dan DAS Jratun (DAS Jragung dan DAS Tuntang).
"Kunjungan kami bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai kondisi terkini terkait perencanaan, regulasi, struktur organisasi, serta koordinasi antar pemangku kepentingan, termasuk hubungan antara BPBD, BNPB, dan Balai Besar Wilayah Sungai Opak (BBWSO)," jelas Kudo.
Kudo mengungkapkan bahwa timnya telah melakukan survei di sepanjang DAS Serayu, mulai dari wilayah hulu di Kabupaten Wonosobo hingga ke muara di Pantai Cilacap. Hasil kajian menunjukkan bahwa perubahan iklim, pola pertanian di daerah hulu, sedimentasi, serta pola pemanfaatan sungai oleh masyarakat berpotensi meningkatkan risiko banjir dalam 10 hingga 20 tahun ke depan.
"Oleh karena itu, penyusunan master plan pengendalian banjir menjadi langkah awal yang sangat penting agar risiko bencana dapat diminimalisir. Jika master plan ini sudah selesai, pemerintah daerah dan BPBD dapat menggunakannya sebagai pedoman dalam upaya mitigasi dan penanganan banjir ke depan," pungkasnya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait