“Pembangunan ini bersifat menyeluruh dan menjadi tonggak penting bagi kesejahteraan rakyat Indonesia,” demikian tertuang dalam dokumen pembangunan saat itu. Tak mengherankan, lima sila Pancasila yang terpatri pada tugu ini menjadi simbol semangat gotong royong dan persatuan bangsa.
Menariknya, sejarah pembangunan Tugu Pembangunan juga berkaitan erat dengan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Rusia yang dulu bernama Uni Soviet. Kala itu, politik luar negeri Indonesia di era Presiden Soekarno memang condong pada blok Timur, khususnya Moskwa (Moscow) yang menjadi pusat kekuatan Uni Soviet.
Hubungan bilateral yang erat antara Bung Karno dan Nikita Khruschchev, Perdana Menteri Uni Soviet, memberikan pengaruh besar terhadap pembangunan sejumlah monumen di Indonesia, termasuk Tugu Pembangunan yang menjadi hadiah persahabatan kedua negara.
Setelah melalui tahap pembangunan, Tugu Pembangunan akhirnya diresmikan pada 1 Juni 1961, bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila. Selain menjadi simbol pembangunan, tugu ini juga menjadi saksi sejarah penting bagi warga Purwokerto dan Banyumas pada umumnya.
Kini, Tugu Pembangunan telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Kabupaten Banyumas melalui Surat Keputusan Bupati Banyumas pada 23 September 2019. Penetapan ini menjadi pengakuan atas nilai sejarah dan kebudayaan yang terkandung dalam monumen tersebut.
Bagi warga Purwokerto, Tugu Pembangunan bukan hanya sekadar monumen batu semata, melainkan simbol kebersamaan dan pengingat akan semangat pembangunan nasional yang digelorakan sejak era Bung Karno.
Keberadaan tugu ini juga menjadi daya tarik wisata sejarah, yang mengundang siapa saja untuk menapak tilas perjalanan panjang bangsa Indonesia menuju cita-cita keadilan dan kemakmuran.
Sebagai ikon sejarah, Tugu Pembangunan terus menjadi pengingat bagi generasi muda akan pentingnya menjaga nilai-nilai Pancasila dan semangat persatuan yang menjadi dasar berdirinya bangsa ini.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait