“Kami banyak belajar dari semangat masyarakat Kutawaru. Harapannya ini tidak sekadar menjadi peresmian simbolik, tapi terus berkembang menjadi gerakan perubahan,” imbuhnya.
Di tengah hiruk-pikuk kesibukan warga, nama Ahmad Sodri kini dikenal sebagai local hero. Bersama warga lainnya, Sodri menjadi penggerak utama Bank Sampah Abhipraya.
Menurutnya, dukungan dari Kilang Cilacap berupa mesin pencacah plastik, komposter, alat daur ulang, serta pelatihan, membuka cakrawala baru dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
“Kami sekarang punya mesin pencacah khusus untuk limbah plastik kemasan botol dan gelas. Hasilnya bisa didaur ulang menjadi berbagai produk seperti plakat dan kerajinan mebel. Bahkan limbah B3 juga bisa dimanfaatkan,” ujar Sodri.
Yang menarik, sampah yang dikumpulkan tak hanya berakhir menjadi produk daur ulang. Warga juga bisa menukarkannya dengan kebutuhan sehari-hari atau menyimpannya sebagai tabungan. Konsep ini menumbuhkan semangat baru di tengah masyarakat: bahwa sampah bukan akhir dari segalanya, tapi awal dari perubahan.
Program Bank Sampah Abhipraya juga melahirkan inovasi lokal lainnya: budidaya maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF).
Maggot ini digunakan untuk mengolah sampah organik dan sekaligus menjadi pakan ikan. Bagi warga Kutawaru, ini adalah lompatan besar—dari membakar sampah menjadi peternak maggot.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait