PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id — Jawa Tengah sedang menggelorakan sebuah gerakan besar yakni memastikan tidak ada satu pun anak yang tertinggal dari pendidikan.
Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Setya Ari Nugraha, menegaskan komitmen kuat lembaganya untuk mengawal pemenuhan hak pendidikan bagi seluruh anak, terutama mereka yang tergolong Anak Tidak Sekolah (ATS).
“Hingga pertengahan 2025, sudah ada sekitar 15.000 anak putus sekolah yang berhasil kembali ke dunia pendidikan. Ini bukan sekadar pencapaian administratif, tapi bentuk nyata hadirnya negara,” ujarnya pada Rabu (9/7/2025).
Menurutnya, banyak anak di Jawa Tengah yang sebelumnya terpaksa berhenti sekolah karena kendala ekonomi, keterpencilan geografis, hingga masalah sosial keluarga. Namun perjuangan belum selesai.
“Satu anak pun yang putus sekolah adalah panggilan moral yang tidak boleh kita abaikan,” tegasnya.
Untuk itu, DPRD Jawa Tengah bersama Pemerintah Provinsi mendorong tiga pendekatan strategis yang kini tengah dijalankan secara simultan:
Program wajib belajar 12 tahun menjadi fondasi utama. Namun menurut Setya, tidak semua anak bisa kembali ke sekolah formal. Karena itu, intervensi pendidikan nonformal melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terus diperluas. Program Paket A, B, dan C diyakini mampu menjangkau anak-anak marginal dan pekerja anak.
“PKBM bukan hanya solusi darurat, tetapi bagian penting dari ekosistem pendidikan kita yang inklusif,” jelasnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait