“Program ini menjawab tingginya angka mantan ABK dan eks pekerja migran yang kembali ke desa, serta mengatasi persoalan banjir rob dan degradasi lahan bekas tambak,” terang Cecep.
Dengan menggabungkan aspek lingkungan dan ekonomi, program ini menghadirkan model pemberdayaan masyarakat berbasis keberlanjutan. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain penanaman 25.000 pohon mangrove di lahan seluas 2,5 hektare, pengembangan tambak silvofishery ramah lingkungan, hingga pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berdaya 6.400 WP di kawasan wisata edukasi Kampoeng Kepiting.
Selain itu, Mamaku Berdikari juga dilengkapi infrastruktur modern seperti instalasi aerator biofilter, Rumah Susun Kepiting Berbasis Energi (Rusun Tinggi), serta pelatihan pengolahan hasil tambak bagi warga. Program ini juga membangun Learning Center sebagai pusat edukasi dan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta.
Cecep menyebut, dampak program ini terasa dalam banyak aspek. Dari sisi ekonomi, pendapatan masyarakat meningkat lewat budidaya ikan dan kepiting. Di bidang pendidikan, muatan lokal perikanan kini masuk dalam kurikulum sekolah. Adapun Pasar Amarta yang dibangun dalam program ini mempermudah akses distribusi hasil tambak ke pasar.
Kilang Cilacap menegaskan bahwa program Mamaku Berdikari selaras dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada sejumlah poin prioritas, yakni pengentasan kemiskinan, kesetaraan gender, akses terhadap air bersih dan sanitasi, penyediaan energi bersih dan terjangkau, serta penguatan kemitraan untuk mendukung agenda pembangunan berkelanjutan.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait