Sementara itu, Edhi Romadhon, seorang teatrawan senior dengan pengalaman lebih dari empat dekade, menilai Teater Samudra berhasil menembus batas konvensional seni panggung.
“Yang membedakan Teater Samudra adalah cara mereka menggarap pertunjukan. Mereka mampu menjawab tantangan zaman, membuat penonton tidak bosan, bahkan seolah terhipnotis selama satu setengah jam pertunjukan tanpa beranjak sedikit pun,” ungkapnya kagum.
Tak hanya penonton senior, pertunjukan ini juga berhasil menarik perhatian generasi muda, yang biasanya lebih akrab dengan layar digital.
Rafli, seorang pelajar SMA yang hadir menonton, mengaku sangat terkesan dengan sajian yang menurutnya tidak kalah dari film di bioskop.
“Pertunjukan Teater Samudra keren banget! Efek tembakan, efek darah, dan properti yang dipakai terlihat nyata banget. Rasanya seperti nonton film, bukan drama panggung biasa,” tutur Rafli antusias.
Komentar seperti ini menunjukkan bahwa kreativitas dan inovasi dapat menjadi jembatan antara dunia tradisional dan selera penonton modern.
Kehadiran Teater Samudra dengan “Kembang Mangsan”-nya menjadi bukti bahwa teater bukan sekadar seni klasik yang tergerus zaman.
Melalui sentuhan teknologi, tata panggung yang dinamis, serta narasi yang kuat, mereka berhasil menciptakan pengalaman baru bagi penonton lintas generasi.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait
