Mesin tersebut disebutnya sudah memenuhi standar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Khusus untuk mesin pirolisis, ditangani langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyumas.
Dimana Dinas menempatkan para petugas di sana untuk menangani secara khusus pembakaran residu. Residu-residu yang dibakar itu akan menghasilkan abu, karena proses pembakarannya sendiri mencapai suhu antara 800-900 derajat Celcius.
"Pembelian mesin pirolisis tersebut merupakan bagian dari komitmen Pemkab Banyumas dalam mengelola sampah. Termasuk membangun hanggar-hanggar untuk TPST. Sampai sekarang, pemkab telah membangun 25 TPST yang tersebar di sejumlah kecamatan," jelas Husein.
Kunjungan kemudian dilanjutkan ke TPA BLE yang lokasinya berada di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor. TPA BLE mempunyai luas mencapai 3,5 hektare (ha).
Bertema wawasan lingkungan dan edukasi, TPA BLE mempunyai konsep yang berbeda dengan TPST. Pasalnya, TPA BLE tidak hanya berfokus pada 3 R (Reduce, Reuse, Recycle), melainkan juga akan dilengkapi dengan kolam renang, pabrik biji plastik, kolam dan fasilitas lainnya.
"TPA BLE ini adalah tempat pemrosesan akhir sampah berbasis lingkungan dan edukasi karena nanti di sana itu komplit penanganan sampah yang dilakukan. Di sana, ada budidaya magot, kemudian ada pabrik plastik, ada kolam lele, bahkan da kolam renangnya, ini yang tidak ada di TPA yang lain," kata Husein.
Setelah melihat semua itu, Nugraha merasa kagum akan apa yang telah dilakukan Pemkab Banyumas.
"Luar biasa," ujarnya sembari mengacungkan kedua jempolnya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait