Tetapi kalau ada warga yang atau salah satu keluarga yang meninggal maka pengantin tersebut tidak akan pergi dari dusun dan akan tinggal dalam satu rumah bersama keluarga barunya di dusun tersebut.
Slamet, salah satu pemuda Dusun Batok mengatakan bahwa dusun batok akan berkembang baik dan dimungkinkan bisa bertambah jika ada tokoh agama atau ulama yang menghidupkan dusunnya.
Yakni dengan adanya aktivitas keagamaan, seperti adanya bangunan tempat ibadah baik masjid maupun musala.
Menurut cerita yang saya dapat bahwa pada zaman dahulu, nenek moyang yang menempati dusun batok merupakan penganut kejawen hingga mulai terjadi perubahan dan kini banyak yang sudah menganut agama Islam.
“Jika hendak menunaikan ibadah salat, warga harus berjalan menuju dusun sebelah yang berjarak enam ratus meter dari rumah mereka,”kata Slamet
Sementara kondisi jalan di dusun batok sangat parah. Jika hujan turun, akses perekonomian warga Batok yang hanya selebar empat meter ini akan licin dan terjal penuh bebatuan besar di sepanjang jalan dusun. Warga pun baru bisa menikmati adanya listrik masuk ke pedusunan sejak setahun lalu.
Sebelumnya mereka hanya mengandalkan lampu sentir sepanjang malam dan sebagian lagi mengandalkan listrik dari dusun terdekat yang jaraknya 600 meter.
Jaringan listrik yang mengalir harus melewati perbukitan dan jaraknya terlalu jauh dianggap sangat rawan dan berbahaya bagi warga yang melintas karena sewaktu-waktu kabel bisa terputus tanpa sepengetahuan warga. “Namun saya merasa senang bisa menikmati penerangan listrik,”jelasnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait