"Sepanjang jalan saya membiasakan diri dengan sepatu itu, ya... rasanya aneh ya, memakai sepatu yang tidak biasanya. Saya pikir, sudahlah, besok juga kembali lagi. Saya memberi kabar kalau saya tidak lagi menunggu, karena mau tidak mau harus pulang. Eril pun tidak membalas."
Sesampainya ia di rumah, sekitar pukul 20.00 WIB Eril baru membalas pesan Septian melalui aplikasi Line. Kala itu, Eril meminta agar dapat bertukar sepatu saat itu juga. Oleh Septian ditawarkan agar bertukar sepatu kembali di keesokan harinya saja.
"Kekeuh mau sepatunya balik di hari itu juga. Eh jadi saya khawatir, saya tau dia tidak pakai sepeda motor, hanya membawa sepeda. Masa iya harus ke rumah saya, bolak balik dg jarak rumahnya jadi 35km bersepeda? Apalagi, soekarno hatta yang ramai dan gelap membuat saya semakin," cuitnya.
"Khawatir kalo sampai Eril kenapa-napa hanya karena urusan tukar sepatu. Tapi akhirnya saya mengalah, saya pun mengiyakan tapi bertemu di Metro Indah Mall. Karena kalau ke rumah saya akan lebih jauh lagi dan dia pasti tersesat karena komplek rumah saya seperti labirin," sambung @septiannrs98.
Mendengar tekad Eril yang bersikeras bertukar sepatu malam itu juga, Septian menjadi khawatir karena harus memaksa anak dari orang nomor satu di Bandung kala itu, harus mengayuh sepeda ontel malam hari.
"Menunggu saya bersama sepedanya yang khas, saya tau dia sudah lelah berkegiatan seharian penuh, ditambah lagi dengan kejadian ini, alasannya ternyata sepatu yany ia tukar dengan saya juga bukan sepenuhnya milik Eril? Mungkin milik saudaranya yg hanya ia," terangnya.
"Pinjam untuk hari itu, saya tidak tahu. Sambil masih khawatir karena ia harus pulang bersepeda lagi, saya pun tidak bisa mengantarnya karena saya belum punya sim untuk mengendarai mobil, baginya pun tidak keberatan. Benar" bikin khawatir sampai pulang ke rumah saya masih ovt," lanjutnya.
Dibuat khawatir oleh Eril saat itu, membuat Septian mampu menilai bahwa Eril adalah sosok yang bertanggung jawab.
Editor : Arif Syaefudin
Artikel Terkait