JAKARTA, iNews.id - Lis (52) tak lagi muda, begitu pula dengan koleksi-koleksi barang antik yang ia simpan melebihi usianya. Namun barang antik seperti uang kono dapat bernilai tinggi ditangan kolektor yang tengah mencarinya.
Lis merupakan penjual bahan antik generasi kedua. Menyimpan atau mengoleksi barang barang tersebut kerap memberikan kepuasan tersendiri. Bahkan harganya bisa bernilai fantastis.
"Kalau saya yang pernah jual paling mahal, paling uang kertas yang seri binatang, seri-seri Indonesia. Yang paling mahal ini, uangnya sempat beredar tapi ditarik lagi ke pemerintah tahun 1957 Rp5.000 gambar banteng, itu paling Rp10 jutaan," kata Iis, Selasa (5/7) kemarin.
Iis menunjukkan koleksi uang kunonya. (Foto: MPI/Bachtiar Rojab)
Ia mengungkapkan kisahnya sebagai penjual yang kuno generasi kedua dari ayahnya yang juga menjual barang-barang antik sejak tahun 1994.
"Saya sejak mulai dagang mengikuti orang tua, dari tahun 1994. Ngikutin jejak orang tua," ujar Iis.
Iis mengungkapkan sejak saat itu, dirinya kerap mengumpulkan uang kuno dari masyarakat sekitar. Menurutnya, banyak warga perumahan yang kerap menjual uang kuno tersebut ke lapak dagangannya yang berada di Jalan Surabaya, Jakarta Pusat.
"Ada orang dari perumahan perumahan di jual ke sini, kita beli, kalau barangnya cocok ya kita ambil, kalau barangnya banyak, ya kita pikirin dulu," ujarnya.
Iis mengungkapkan uang kuno yang kerap dia jual yaitu uang Belanda yakni Gulden 2,5 dalam satu keping. Menurutnya dia kerap mendapat keuntungan yang lumayan saat menjual uang Gulden tersebut.
"Kalau uang Belanda yang tulisannya Gulden sekarang kisaran Rp200.000 per keping. Itu satu koin itu yang 2,5 Gulden Belanda, zaman Hindia Belanda," katanya.
Iis menceritakan dia beberapa kali memilki uang Gulden Belanda yang diterbitkan pada tahun 1818. Menurutnya, dari uang itu dia kerap mendapatkan keuntungan lebih sebab harganya yang fantastis.
"Kalau koin yang paling langka, 2,5 Gulden yang tahun 1818 itu susah dicari, itu harganya emang udah mahal. Itu kalau dijual bisa di atas Rp5 juta lebih satu koin. Nah kalau tahun 1818 itu satu keping 3 Gulden," tuturnya.
Menurut Iis, meski tidak selalu menghasilkan uang dalam bentuk banyak, koleksi-koleksi uang kuno yang dia miliki kerap memberikan kepuasan tersendiri. Terlebih, jika uang yang dia miliki tidak dimiliki rekan-rekan sesama penjual uang kuno.
"Ditambah buat kepuasan juga ngoleksi barang, puasnya dapat barang susah, barangnya jarang, kita juga bisa jual mahal. Kalau misalnya dapat barang susah nih, nah terus baru saya saja yang dapet yang lain belum, itu ada kepuasan tersendiri," katanya.
Editor : Arbi Anugrah