Untuk semua barang antik yang berasal dari aristokrat Jawa itu, Raden Saleh mengaku tidak merogoh kocek pribadinya. “Untuk semua benda ini, tidak setengah sen pun uang saya keluarkan,” kata Raden Saleh seperti dikutip dari Raden Saleh, Kehidupan dan Karyanya.
Tidak semua barang antik itu bertahan di kamar yang telah diubah menjadi ruang pameran. Kesenangan Raden Saleh berbagi hadiah membuat benda-benda bernilai adiluhung itu keluar dari Nusantara. Raden Saleh senang memberi hadiah barang antik kepada sahabat-sahabatnya di Eropa. Sebuah naskah kuno yang diperoleh dari Sultan Sumenep Pakunataningrat, dihadiahkan cuma-cuma kepada Ernst II dari Sachsen-Coburg dan Gotha.
Naskah kuno itu berisi teks bahasa Jawa Kawi dan dan Jawa Kromo Inggil. Di permukaan amplop yang berukuran besar, Raden Saleh menuliskan judul berbahasa Jerman yang berarti: Etika Budha di Babanan, Sebuah Daerah di Jawa. Naskah tersebut tersimpan dalam koleksi autograf Veste Coburg Art Collection.
Banyak sahabat-sahabatnya di Eropa yang ia tawari hadiah benda antik dari Jawa. Dalam suratnya Raden Saleh beralasan dirinya masih terikat dengan kenangan indah Eropa dan tidak bisa melupakan orang-orang yang pernah berbuat baik dengannya. Dalam buku Raden Saleh, Kehidupan dan Karyanya disebutkan beberapa barang antik dari Raden Saleh tersimpan di Museum Istana Gotha, di Perpustakaan Negara bagian Gotha.
Kemudian juga tersimpan di Museum Etnologi di Wina dan beberapa di Jerman. Kendati demikian, Raden Saleh menghadiahkan sebagian besar koleksi barang antiknya kepada Museum Sejarah Jakarta (Fatahillah). Raden Saleh mengumpulkan benda-benda seni agar tetap dirawat di museum.
“Dia (Raden Saleh) lebih banyak berusaha untuk menunjukkan budaya Jawa kepada dunia, menjadi seorang kolektor sistematis pertama Indonesia,” kata Werner Kraus dalam Raden Saleh, Kehidupan dan Karyanya.
Editor : Arbi Anugrah