Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang tukang kayu yang sangat miskin mendengar pengumuman wasiat tersebut. Dengan tergesa-gesa dia segera datang ke rumah konglomerat tersebut untuk memberitahukan kepada ahli waris akan kesanggupannya.
Keesokan harinya jenazah sang konglomerat dikebumikanlah. Si tukang kayu pun ikut turun ke dalam liang lahat sambil membawa Kapaknya, harta satu-satunya yang dimiliki untuk mencari nafkah.
Setelah tujuh langkah para pengantar jenazah meninggalkan area pemakaman, datanglah Malaikat Munkar dan Nakir ke dalam kubur tersebut. Menyadari siapa yang datang, ia segera agak menjauh dari mayat konglomerat. Di benaknya, sudah tiba saatnya si konglomerat akan diinterogasi oleh Malaikat Munkar dan Nakir.
Tapi yang terjadi malah sebaliknya, Malaikat Munkar-Nakir malah menuju ke arahnya dan bertanya, "Apa yang kau lakukan di sini?"
Aku menemani mayat ini selama 40 hari untuk mendapatkan setengah dari harta warisannya," jawab si tukang kayu.
“Apa saja harta yang kau miliki?", tanya Mungkar-Nakir.
"Hartaku cuma kapak ini saja, untuk mencari rezeki", jawabnya.
Kemudian Mungkar-Nakir bertanya lagi, "Dari mana kau dapatkan Kapakmu ini?"
"Aku membelinya", balasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta