CILACAP, iNewsPurwokerto.id - Tim Pemberdayaan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto siap melakukan pendampingan kepada anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Mernek, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap. Tujuannya adalah menjadikan desa setempat menjadi mandiri sejahtera.
Harapannya, Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah (JBT) melalui Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Maos yang telah memberikan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggungjawab sosial perusahaan kepada KWT Desa Mernek dapat terus berlanjut
"Kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Pemberdayaan dari Unsoed yang telah melakukan pendampingan. Dan kami berharap,kegiatan CSR binaan Pertamina TBBM Maos untuk KWT Desa Mernek sejak tahun 2019 terus berlanjut,"ujar Ketua KWT Desa Mernek, Iis Yuniarti yang juga istri Kepala Desa Mernek pada acara Kegiatan Sarasehan Pemberdayaan Masyarakat-Pemberdayaan KWT dalam Ketahanan Pangan Produktif dan Inovatif di Balai Desa Mernek, Kecamatan Maos, Cilacap, Sabtu (13/8/2022) seperti rilis yang diterima iNewsPurwokerto.id.
Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Tim Riset dan nara sumber Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dari Unsoed Dr Toto Sugito, SSos, MSi, instruktur/nara sumber Tim Pemberdayaan dari Unsoed Dr Adhi Iman Sulaiman, SIP, MSi. Selain itu juga nara sumber dari mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Unsoed Drs. Prasetiyo, nara sumber dari Penyuluh Pertanian Kecamatan Maos Arina Nofriasih SP, dan Kepala Desa Mernek Bustanul Arifin SH dan 35 anggota KWT Desa Mernek.
Saat ini, KWT Desa Mernek telah menerima bantuan CSR dari Pertamina TBBM Maos. Bantuan berupa barang dan pelatihan untuk budidaya pertanian, perikanan, peternakan, lingkungan hidup, pariwisata dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Di antaranya berupa green house, gazebo, kandang ayam, kolam ikan lele, kebun hidroponik dan pengembangan agro eduwisata Kawasan Wisata Ekonomi Maju Jaya Indonesia (Kawista EMJI).
Menurut Iis Yuniarti, ada empat kelompok anggota KWT Desa Mernek yang mengelola bantuan CSR Pertamina. Yakni kelompok Sri Rejeki, Bunga Desa, Mewah dan Mekarsari.
"Kami sangat merasakan manfaatnya bantuan itu. Kami berharap, bantuan itu terus berlanjut di tahun depan, dan Tim dari Unsoed mengawal pemberdayaan di Desa Mernek,”ujar Apriliyanti, ketua kelompok Bunga Desa KWT Desa Mernek.
Ketua Tim Riset dan Pemberdayaan Unsoed Dr Toto Sugito mengemukakan, anggota KWT Desa Mernek harus bersatu seperti ikatan sapu lidi, dan bergotong royong untuk memajukan desanya untuk menuju desa mandiri sejahtera.
Toto meminta kepada setiap warga Desa Mernek, untuk lebih memanfaatkan potensi lahan pekarangan agar ditanami sayur-sayuran. Juga memaksimalkan kolam-kolam ikan yang ada untuk budidaya ikan. Termasuk memanfaatkan lahan kosong untuk beternak ayam.
"Kalau semua potensi itu dimaksimalkan, alangkah baiknya warga Desa Mernek tidak beli kangkung ke luar desa Mernek, daging ayam dan ikan tercukupi sendiri, sehingga ketahanan pangan di desa ini semakin mandiri,”katanya.
Toto berharap mengembangkan Desa Mernek sebagai desa internasional. Pasalnya, di desa ini banyak juga warga yang menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Hongkong, Korea dan Arab yang telah kembali menetap di Desa Mernek. Padahal, mereka punya potensi yakni terampil berbahasa asing berupa Bahasa Mandarin, Arab, Korea dan Inggris.
"Sangat mungkin di desa ini dikembangkan sebagai desa internasional, yakni dikemas menjadi kawasan edukasi kursus bahasa asing. Misalnya, ada sekelompok anak sekolah ingin kursus praktis bahasa asing di sini, maka nanti home stay juga akan ikut tumbuh. Apalagi di desa ini ada Kawista atau kawasan wisata edukasi. Nangti bisa disinergikan. Seperti di Pare Kediri, Jawa-Timur yang dikenal sebagai kampung Inggris," ujar Toto.
Sementara itu, Dr Adhi Iman Sulaiman, SIP, M.Si sebagai pakar pemberdayaan dari Unsoed mengemukakan, kunci pembangunan pedesaan adalah pemberdayaan sosial dan ekonomi (sosek) yang melibatkan partisipasi masyarakat untuk merumuskan dan melaksanakan program pembangunan berdasarkan kebutuhan, potensi dan permasalahan.
Dalam hal ini, lanjut Adhi, perlu adanya dukungan dan kemitraan dari berbagai pihak secara kolektif, seperti dari swasta/perusahaan dengan program CSR-nya, dan akademisi dengan riset dan pengabdian masyarakat serta pemerintah dengan kebijakan dan anggaranya.
"Pemberdayaan menjadikan pembangunan itu milik bersama, tanggungjawab bersama dan mensejahterakan bersama sebagaimana budaya gotong royong," tegas Adhi Iman Sulaiman yang juga dosen Magister Ilmu Komunikasi Unsoed ini.
Editor : EldeJoyosemito