Mereka kemudian menagih uang dari penduduk setempat yang datang ke kantor polisi palsu untuk mengajukan keluhan dan kasus. Mereka juga mengantongi uang tunai dari orang lain dengan berjanji untuk membantu mereka mengamankan perumahan sosial atau pekerjaan di kepolisian.
Mereka juga membayar orang-orang dari daerah pedesaan yang sebagian besar upah harian sekitar 500 rupee (sekitar USD6) untuk berpura-pura menjadi petugas polisi lain yang bekerja di kantor polisi palsu tersebut.
Tetapi penipuan itu terbongkar ketika seorang petugas polisi asli melihat dua anggota geng tersebut membawa senjata yang dibuat di bengkel lokal.
Menurut Srivastava, setidaknya enam anggota geng penjahat—termasuk dua wanita—ditangkap tetapi pemimpinnya masih buron.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta